Gingham Check

Selasa, 26 Agustus 2014

[Fanfict] Time To Step Into The Future [Last Chapter]








Hadehhh, gomen minna. Baru lanjutin ini fanfictnya-_-)/ yang mau baca chapter sebelumnya klik salah satu sesuai chapter aja:

[Chapter One] 
[Chapter Two]
[Chapter Three]
[Chapter Four]



***
Melody, Niko, dan Shania terlihat bingung membuka-buka kotak obat di ruangan itu seolah mencari manakah obat yang dimaksudnya. Mata Melody melirik ke CCTV seolah meminta bantuan pada semua yang berada di ruang pengawas.
 
Tapi percuma saja. Karena sekalipun Ayana mengatakannya Melody, Shania, dan Niko tidak akan mendengarnya.

“Bagaimana ini?” tanya Niko gusar.
Shania terlihat menghempaskan nafasnya. “Sudahlah, kita pasrah saja” ucapnya datar.

Sepertinya Melody menemukan obat yang dimaksud. Melody pun tersenyum tipis dan mengangguk, dia menyuntikan salah satu obat itu disusul Shania, dan Niko. Ketiganya terdiam beberapa saat menunggu reaksi obat itu.

Setelah cukup lama, Melody memberanikan dirinya keluar ruangan. Niko pun mengikutinya sambil membawa beberapa kotak obat diikuti Shania. Terlihat salah seorang zombie mencium aroma tubuh Melody namun zombie itu terlihat hanya mengacuhkannya dan berlalu pergi.
Melody, Shania, dan Niko berjalan santai sambil membawa kotak obat itu Ayana dan lainnya terlihat nampak senang, mereka berloncat-loncat dan saling berpelukan. “Akhirnya, kalian menemukan obatnya” ucap Ayana.

“Iya, wah Melody, Shania, dan Niko hebat ya?” ujar Rena dengan senyuman manisnya.
“Oh iya, bukankah kalian berkewarga negaraan Indonesia? Kenapa tidak kembali ke Indonesia?” tanya Ve.

“Mungkin kami akan kembali, tapi kami belum memastikan kapan kami akan kembali. Disini, kami masih bertugas” ucap Haruka.
“Oh, baiklah”

“Ayo kita buka pintunya. Mereka, sedang berjalan kemari” seru Ivan melihat Melody, Shania, dan Niko.
“Kau berhasil” Akicha memeluk Melody, dia begitu terimakasih pada Melody, Niko, dan adiknya Shania.
Akicha kemudian berbalik menghadap Niko. “Kita menemukan obatnya Niko!” dengan refleks Akicha memeluk Niko. Semua mata mengarah pada Akicha. Lalu ia tersadar dan melepasnya hingga ia menjadi gugup karena tingkahnya yang begitu memalukan.

“Maaf…” ucapnya. Niko terlihat terkekeh dan membisikan sesuatu pada Akicha.“Iya, tidak apa. Aku menyukaimu, Akicha” ucap Niko tiba-tiba, dia memang sudah menyukai Akicha saat pertama bertemu.

“Nnngg... i-iya" ujar Akicha malu-malu. Ivan pun terlihat tersenyum karena sepupu kesayangannya bertemu dengan orang yang dicintainya. Ditambah Niko memang pria baik, dan bertanggung jawab, itu yang membuat Ivan mengizinkan sepupunya untuk bersama Niko.
“Katakan pada Rif. Suruh beberapa rumah sakit besar di berbagai negara memproduksi obat ini, dengan kapasitas yang banyak tentunya. Agar semua warga bisa menggunakannya. Dan kirim ke beberapa negara yang sudah terinfeksi.” ucap Shania.
"Baiklah, nona jelek” Christian menggoda Shania hingga terpesona dalam hatinya, namun dia terasa malu untuk memperlihatkannya di depan orang-orang. Dia pun memilih menghampiri Melody dan Ayana.

"Rif, bisakah kau memberitahukan pada beberapa rs terbesar untuk membuat insulin dalam kapasitas yang banyak? Dan kirimkan obat-obat itu kebeberapa negara yang sudah terinfeksi, segera.” ujar Christian.
"Iya, baik" jawab Rif.
 
***
“Maaf, kami harus melanjutkan perjalanan kami, terima kasih sebelumnya” ucap Ivan.
"Ya, kami begitu senang atas kedatangan kalian. Lain kali bisakah kita bertemu kembali? Aku dan yang lain pasti merindukan kalian. Bagiku, kalian sudah seperti teman akrab” ucap Rena, yang lain pun mengangguk untuk memberi respon.
“Bisa, tentu saja. Jaga diri kalian baik-baik ya" ucap Melody.

Mereka pun berjalan untuk melanjutkan perjalanan mereka kembali ke Indonesia. ‘Aku harap aku bisa menemukanmu’ batin Melody.
***
Sekarang banyak warga yang belum terinfeksi merasa aman, karena mereka sudah menemukan obatnya agar tidak digigit oleh Zombie. Setiap keluarga menyuntikan obat itu, senyum bahagia pun terukir di bibir presiden Indonesia(bisa dipanggil bapak Jokowi) :v. Dia sudah cukup merasa lega, karena kerja keras Melody dan kawan-kawan yang membuahkan hasil.

Indonesia....

Semua terlihat kembali normal, meski zombie itu masih berkeliaran kemana-mana. Semua aktivitas warga yang belum terinfeksi pun sudah berjalan membaik. “Apakah kita bisa menemukan obat untuk memulihkan para kanibal itu?” tanya Melody.
“Ntah” Ivan menanggapi dengan menggidikkan kedua bahunya.

“Semoga kita bisa melakukannya” Ve memeluk Melody sahabatnya itu. Dia tau apa yang ada dipikiran Melody. Dia ingin menyelamatkan Jason, kekasihnya itu.
“Kau mau mencarinya, kak?” tanya Shania yang terlihat paham dengan maksud Melody. “Kalau iya, bolehkah aku membantumu menemukannya?” tanya Shania lagi dengan sopan, gadis itu dia sudah berubah menjadi gadis yang peduli pada sekitar. Tidak sperti sebelumnya yang terlihat sangat acuh.
“Terimakasih, Shania” Melody memeluk Shania meski mereka baru bertemu dalam waktu yang tidak terlalu lama. Tapi, Shania menyayangi Melody layaknya seorang adik pada kakaknya, begitupun Melody.
“Yasudah, ayo kita istirahat. Bukankah sudah berhari-hari kita berkelana? Apa kalian tidak lelah?” tanya Christian pada akhirnya.

"Baiklah pria usil, tidak usah kau suruh juga aku sudah ingin istirahat" ucap Shania bergurau.
"Ish, lagipula siapa yang berbicara padamu nona jelek" jawab Christian. Orang disekitar pun hanya tertawa melihat tingkah keduanya.

***
Melody menyusuri jalanan Jakarta sendirian, sebenarnya dia ingin sekali bila yang lain ikut membantunya. Tapi, dia ingin melakukan ini sendirian. Dia membawa beberapa obat di tas kecilnya, sebilah pisau, dan satu buah senapan angin.
Matanya begitu awas melihat kekanan dan kekiri, sambil mengendarai audy hitam miliknya. “Kau berada dimana, Jason?" gumam Melody.

Dia pun membawa audynya begitu jauh hingga kesebuah tempat seperti padang pasir, tandus dan bagai tidak ada kehidupan. Dia memilih untuk berjalan kaki, menyusuri lokasi itu. Saat sudah hampir berjam-jam dia berjalan, dan begitu lelahnya dia. Dia memutuskan untuk duduk dibawah pohon apel yang sudah mati kekeringan.
Pandangannya tertuju pada beberapa zombie yang berjalan ke arahnya. Tapi, salah satu dari zombie itu terlihat berbeda. Dia besar, dan begitu menyeramkan. Ya, dia adalah Jason, orang yang Melody cari selama ini. Tetesan-tetesan air mata Melody mengalir, dia begitu merindukan sosok Jason meski sosoknya kini sudah berbanding terbalik saat mereka dulu bertemu. Yoona berlari dengan kencang ke arah gerombolan zombie itu. Terlihat, beberapa zombie mencium aroma tubuhnya, namun zombie itu terlihat menolak untuk memakan tubuh Melody.

Seketika Melody terdiam mematung menatap Jason. Begitupun Jason, tidak sepenuhnya pikiran di otaknya mati. Dia masih mengingat dengan jelas masa lalunya, mata mereka bertemu, seolah mengisyaratkan kerinduan yang begitu mendalam.
“Aku kembali, untukmu. Aku merindukanmu,” ucap Melody.
Mata itu seolah menatapnya lekat, terdengar deruan nafas yang tidak begitu teratur. "Apa kau mendengarku??" lirih Melody.
Jason seolah mengalihkan pandangannya karena tidak ingin melihat gadis yang sangat dicintainya itu dengan keadaannya saat ini. Melody menunduk, dia begitu merasa bersalah pada Jason. "Jason, maafkan aku" ucap Melody.
Jason menatap nya iba, ingin rasanya dirinya memeluk wanita di hadapannya itu. Tapi dia malu pada kondisi fisiknya saat ini. Apakah dirinya masih pantas untuk Melody, itu yang dipikirkannya.
“Aku mencintaimu bagaimanapun kondisimu, aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Berjanjilah, untuk tidak meninggalkanku, aku berjanji akan membuat mu sembuh, aku akan berusaha mencari obat itu” tegas Melody. Dirinya seolah bisa membaca pikiran Jason, tergurat senyuman tipis di wajah Jason.
Dia berjalan mendekat, dan mendekap tubuh Melody. Begitu lamanya Jason merasakan rindu saat mendekap erat kekasihnya itu. ‘Semoga. Semoga kau berhasil, Melody’ batin Jason.

Lalu Melody, gadis itu memilih untuk tinggal bersama Jason. Dia mengurungkan niatnya untuk pulang kembali pada teman-temannya. Hari demi hari dilalui Melody dengan penuh kesabaran merawat Jason supaya bisa hidup kembali normal.
Dia melarang keras Jason untuk memakan daging, dia mencoba sedikit demi sedikit menyuruhnya memakan makanan seperti yang Melody makan. Meski selalu mendapat penolakan dari Jason, dia berusaha agar pria yang dicintainya itu memakan yang sama seperti yang dia makan, meski hanya sedikit kemungkinan itu akan berhasil.
Dia pun mencoba mengajak Jason untuk mendengarkan sebuah lagu dari iPhone milik Melody. Perlahan, seolah Jason sudah mulai bisa menikmati lagu-lagu yang diberikan Melody padanya.

Melody melatih Jason untuk membawa audy miliknya, meski Jason terlihat tersendat-sendat melajukannya dan membuat kepala Melody cidera karena menabrak dasbor audynya tapi dia selalu menyemangati Jason hingga bisa dengan perlahan mengendarai mobil. Melody mengajarkan Jason untuk bermain game. Jason memang dikenal sebagai penakluk segala macam game, ia gamers. Tapi, semenjak kondisi fisiknya telah berubah seolah tangan-tangannya yang lincah itu kaku untuk menekan tombol-tombolnya. Dengan perlahan demi perlahan Jason sudah mulai bisa menggerakan jari jemarinya untuk menekan-nekan tombol pada gamenya itu.
Melody, mengajarkannya tentang cara berbicara. Jason seperti bayi yang baru terlahir kedunia. Dia seperti anak bayi, yang sedikit demi sedikit belajar berbicara. Meski, hanya sepatah dua patah kata yang dia lontarkan namun Melody tetap bangga karena Jason sudah mulai tergerak untuk pulih.

Deg...
Jantung Jason yang mati seolah berdetak kembali, dia merasakan itu saat Melody tertidur dengan pulas di pangkuannya. Dia merasakan kehangatan menjalar ketubuhnya. "Melody... a..aku.. aku mencintaimu...” ujar Jason dengan susah payah, dia pun mengusap rambut panjang Melody dalam pangkuannya. Dia tersenyum dengan lembutnya melihat Melody kini selalu menemani hari-harinya. Zombie yang lain pun perlahan demi perlahan tergerak untuk pulih meski belum 100 %. Detak jantung mereka kembali berdetak dan memory otak mereka seolah terputar kembali mengingat masa lalu mereka saat hidup normal.

Hal yang mustahil bagi zombie adalah saat dia merasakan dirinya mengingat kembali masa lalunya, kembali merasakan cinta di dirinya, tertidur dan bermimpi. Zombie tidak mungkin merasakan semua itu, karena dirinya yang sudah mati. Tapi zombie itu terlihat kembali merasakan cinta dalam dirinya, dan kembali merasakan masa lalunya, meski mereka belum bermimpi. Tapi, suatu saat pasti ada keajaiban dari semua itu. Jason terus memandangi raut wajah Melody. Dan tidak lama kemudian, dia nampak tertidur. Dia bermimpi, bermimpi akan masalalunya bersama Melody dulu. Terlihat canda tawa, suka, dan duka saat dia bersama Melody, dia mengingat jelas itu. Apakah dia sudah sembuh?

Hampir 3 jam dia tertidur, Jason pun terlihat mengerjap-ngerjapkan matanya ketika melihat suatu cahaya. ‘Apakah tadi aku tertidur? Apa itu tandanya aku sudah sembuh?’ batinnya.
“Hey... lihat dirimu” Melody memberikan sebuah cermin. Terlihat wajah Jason yang tampan sudah kembali normal meski raut wajah pucatnya belum hilang, urat-urat di lehernya yang perlahan menghilang. Ya, hanya segitulah perubahan Jason dalam kondisi fisiknya. Jason melihat pantulan dirinya di cermin, begitu mengejutkan baginya. “Aku kembali Mel" ucapnya terbata-bata. Melody menangis terharu dan memeluk Jason erat.
“Kau tau?? A..aku tadi bermpimpi” ucap Jason. Melody menatapnya dengan tidak percaya. “Benarkah?” tanya Melody. Jason mengangguk antusias.
“Terima kasih... Melody” suara Jason terlihat kembali, meski masih sulit baginya berbicara dengan lancar.

***
Hujan terlihat membasahi kota Jakarta, Melody dan Jason sedang berjalan-jalan diluar. Jason mendekap erat kedua tangannya untuk memeluk dirinya sendiri yang menggigil. Melody hanya menatapnya bingung.
"Kau kedinginan?" tanya Melody. Jason mengangguk, bibir pucatnya terlihat biru karena menahan rasa dingin yang menyeruak dalam dirinya.
Melody memeluk Jason mencoba membuat kekasihnya hangat dalam pelukannya. "Aku bahagia karena, sedikit demi sedikit aku bisa membuatmu pulih, dan ini keajaiban dari Tuhan." ucap Melody.
"Iya" ucap Jason. Matanya menatap mata Melody lekat, mata Jason berubah menjadi cokelat gelap, tandanya ada perkembangan. Meski bibir dan kulitnya yang masih pucat, tapi perubahan Jason sudah mencapai 75% lebih. "Kamu mau ikut bersamaku? Kembali pulang" ucap Melody, melepas pelukannya.
Jason menatapnya dalam, dan mengangguk.

***
Pagi-pagi sekali Melody dan Jason menuju ketempat Melody dan teman-temannya. Yang lainnya terlihat terkesima saat menatap Jason, terlihat jelas pria tampan dan tinggi itu sudah kembali normal pada sosoknya.
“Tidak kusangka, Jason ternyata sangat tampan, dan tinggi. Serasi sekali dengan sahaatku Melody" puji Ve.
“Dia hampir mirip sekali dengan kita, hanya saja dirinya masih pucat.” ucap Ivan.
Beberapa komentar positif terlihat didapatkan Jason. Pria itu tersenyum bahagia, ini semua karena Melody. Gadis itu yang selalu membantu Jason untuk membantunya pulih. Terlihat Jason yang sudah mulai berinteraksi dengan teman-teman Melody, meski dia sangat sulit untuk berbicara dengan lancar. Teman-teman Melody seolah memaklumi hal itu.
“Wah kakak, kau berhasil. Aku bangga padamu, dan aku iri karena kau memang sungguh hebat” Shania memeluk Melody.

Melody tersenyum dan mengusap rambut panjang Shania “Kau juga hebat. Kenapa kau harus iri denganku? Karena aku dan Jason kembali bertemu? Bukankah kau sudah ada Christian? Hahaha…” Melody terlihat menggoda Shania.
Shania malu setengah mati dibuatnya. “Nngg. Kakak! Kau ini" decaknya sebal sambil melipat kedua tangannya di dadanya. Christian yang melihat Shania terkekeh pelan, gadis itu menurutnya sangat menarik.
Christian menarik tangan Shania sedikit menjauh dari Melody dan teman-temannya. Ivan terlihat menyusul adiknya itu, namun dihentian oleh Akicha. "Biarkan" ucap Akicha. 

"Aku tidak tau harus berkata apa, sepertinya kau terlihat cuek padaku. Hmm, jangan begitu ya, itu membuatku sakit hati tau!" ucap Christian.
"Maksudmu apa?" tanya Shania. "Yaakk, kau ini. Aku menyukaimu nona jelek" ujar Christian.
"Kalau kau menyukaiku kenapa memanggilku jelek! Dengar ya pria usil, aku sudah terlahir untuk menjadi wanita cantik!" ucap Shania.
"Bodo lah... aku menyukaimu, kamu mau kan? Menjadi pacarku?" ucap Christian. "Emm... aku tidak tau" ucap Shania lalu pergi, tapi terlambat, tangannya digenggam erat oleh Christian.
"Hey, kau harus menjawabnya. Iya atau tidak" tanya Christian.
"Aaaa iya Chris, aku juga menyukaimu!" ucap Shania refleks, lalu ia tersadar akan perkataannya dan berlari menuju Melody dan kawan-kawan. "Itu jawaban yang aku tunggu! Terima kasih nona jelek!" teriak Christian.

***
1 bulan kemudian….

Jason sudah kembali sepenuhnya, dia sudah menjadi seorang Matthew Jason. Begitu pun zombie yang lain dan terlihat kembali menjalani rutinitas mereka selama menjadi manusia dulunya. Jason dan Melody duduk dibalkon, pandangan mereka menatap lurus kedepan. Kedua tangan itu terkait seolah tidak bisa dipisahkan. “Aku bahagia,” ucap Jason. Melody menoleh menatap kekasihnya itu. “Sama halnya denganmu. Aku pun merasakan bahagia, aku bahagia karena kembali bersamamu. Sungguh, ini semua bagai mimpi” ucap Melody. “Semoga, dikehidupan yang akan datang. Tidak akan terjadi hal seperti ini lagi” ucap Jason dan berdiri. "It's time" ucapnya. "Hmm??" desis Melody mengisyaratkan pertanyaan. "Time to step into the future, you and I. Forever." ucap Jason berbalik dan menggenggam tangan Melody. Melody hanya tersenyum melihat Jason yang sudah semangat seperti dahulu.



SELESAI.


Yak, akhirnya selesai-_-)/ terima kasih sudah mau membaca :))


Author: @NikoAddison 

1 komentar: