Gingham Check

Rabu, 22 Januari 2014

[Fanfict] Time To Step Into The Future [Chapter Four]





Author: @OfficialNano27 (#nano)
Genre: Fantasy, Action, Mistery, Horror(dikit kali)
Inspired by: JKT48 dan Film-Film sejenisnya._.


Saat Michael membuka knop pintu itu. “Arrgghh” pekiknya ketika tangannya di gigit salah seorang zombie. Christian, Petter, dan Niko pun berlari ke arah Michael. “Michael, kau tak apa ?” tanya Petter. Dia hanya mengangguk.
 
DORR!
Niko menembak mati zombie itu, mereka ber-empat pun kembali ke markas dengan membawa beberapa bekal makanan. “Apa yang terjadi ?” tanya Yuvi memperhatikan mereka ber-empat yang begitu kelelahan. “Tadi kami diserang zombie” ucap Petter.
 
“Apa ada yang terluka ?” tanya Ve. “Ehm… Mu-Mungkin.. Mungkin, aku” ujar Michael memperlihatkan luka bekas gigitan zombie dilengannya. Semua memandangnya terkejut. Shania, gadis itu mendekat ke arah Michael dan siap untuk menarik pelatuk dari pistol di tangannya. “Hey!” Julius berteriak pada Shania.
 
“Jangan menembaknya” ucap Julius, Shania menatapnya. “Dia sudah terinfeksi” ucap Shania datar.

“Sudah. Tidak apa, tembak mati saja aku” ucap Michael. Yang lainnya terlihat sedih mendengarnya. Mereka semua sudah bagaikan keluarga meski dalam waktu singkat.

“Cepat, sebelum aku… Arrgghh” dia merasakan sakit luar biasa dalam dirinya. Mata Michael berubah menjadi merah pekat dan urat nadinya keluar, deruan nafasnya yang begitu memburu dengan cepat. Dia berlari mendekat ke arah Shania, sepertinya Michael ingin menyantap Shania.
 
DORR!
Christian menembakan pelurunya pada zombie itu. Shania tersenyum singkat karena Christian menyelamatkan nyawanya. “Kau baik-baik saja ?” tanya Akicha, Shania pun mengangguk. Akicha pun berjalan menuju Melody yang tengah duduk di bawah pohon. "Aku bisa saja menembaknya tadi" ucap Shania. "Tidak apa, aku memang penyelamat" ucap Christian. "Huh, baru begitu saja sudah sombong. Lagi pula aku tidak memintamu untuk menembak zombie itu" ucap Shania. "Hmm, lalu apa aku boleh menembakmu. Tepat disini ?" tanya Christian sambil menunjuk letak hati Shania. "A-apa maksudmu ?" tanya Shania. "Tidak usah dipikirkan. Terimakasih Chris, iya Shania, dengan senang hati" ucap Christian berbicara sendiri. "Dasar orang aneh" ucap Shania dan pergi meninggalkannya.
 
Mereka semua terlihat sedang beristirahat sejenak dan memakan makanan yang di bawa oleh Christian, Niko, dan Petter. “Cek…Cek… ada yang mendengarku ?” tanya El pada sebuah alat yang tersambung dengan Melody dan kawan-kawan.

“Kami mendengarmu" ucap Ivan. “Kalian harus cepat pergi dari tempat itu, segera. Karena tempat itu akan di hancurkan oleh pemerintah AS” ucap El.
 
“Baik, terimakasih info-nya” semuanya pun kembali ke helikopter mereka.
***
Mereka kini pergi ke Thailand. Sesampainya di Thailand….
Kota-kota memang belum terlihat terserang zombie, penduduk pun masih beraktivitas seperti biasa. “Setidaknya kita masih bisa bernapas lega” ucap Della. Karena mereka tiba saat menjelang malam di Thailand. Mereka pun mencari penginapan untuk istirahat.

Semua sudah terlihat lelah, mereka pun tampak tertidur dengan pulas, tapi tidak lagi dengan Melody. Gadis itu, gadis itu memikirkan seseorang. Jason, pria itu. Berada dimanakah dia ? Melody menatap sedih, tapi dia menyembunyikan perasaan nya itu, dia membuang jauh pikiran buruknya. Dia pun memaksakan untuk tertidur, dari pada harus berpikiran yang tidak-tidak.
 
Sinar matahari menampakan wujudnya, sinarnya begitu menyilaukan mata. Akicha terbangun, dia membangunkan teman-temannya yang lain. “Sudah pagi. Ayo kita bergegas menuju kekerajaan Thailand” seru Akicha.
 
Semua nya pun mulai merapikan peralatan yang mereka bawa, Ivan pun tampak terlihat begitu sibuk. “Kau membawa apa ? Banyak sekali kelihatannya” ucap Petter.

“Hmm, ini” menunjukan begitu banyak bom rakitannya. Petter tercengang melihatnya. “Ka-Kau, membawa ini ? Untuk apa ?” tanya Petter.
 
“Ya, tentu saja untuk membunuh zombie laknat itu” ucapnya santai. “Yasudah, aku akan ikut membantu membawanya juga” ucap Petter.

Mereka semua pun bergegas menuju Kerajaan Thailand menggunakan mobil jeep. Namun bukan hanya 1 mobil jeep melainkan 3 mobil. Hampir 1 jam mereka di perjalanan dan saat ini mereka telah sampai.
 
“Wah! Besar sekali!” takjub Nicki ketika melihat istana kerajaan Thailand. “Ayo,” Melody terlihat memandu teman-temannya. Melody dan kawan-kawannya pun terlihat mengadakan rapat tertutup dengan raja Thailand.

Finally, raja Thailand itu setuju dan mengirim beberapa pasukan untuk membantu Melody dan kawan-kawan.

Terlihat suasana tenang di sekitar istana, tidak berapa lama kemudian. Suasana itu menjadi mencekam, jeritan, tangisan, racauan semuannya terdengar jelas. Zombie itu! Kini menyerang istana. Pasukan Thailand di tambah Melody dan kawan-kawan terlihat menembaki jumlah zombie yang tiada tara itu.
 
DORR DORR
DSINGG DOORR DSINGG DSINGG *oke ini GaJe._.*
Suara senapan itu melambung ke udara lengkingan-lengkingannya membuat telinga sakit. Karena jumlah zombie yang banyak Yuvi menyuruh mundur untuk memasuki istana.

Beberapa pasukan dan teman-teman Melody seperti Della, Jonathan, Billy, Harry, Nicki, dan Nara sepertinya tergigit oleh para kanibal itu.

“Aaaa!!” jerit Vinny ketika salah seorang zombie terlihat berjalan kearahnya. Julius yang datang pun langsung memukul zombie itu hingga terhuyung jatuh kelantai.

Julius dan zombie itu terlihat saling beradu, jari tangan Julius tanpa sadar tergigit. Julius pun memelintir kepala zombie itu hingga kepalanya berbalik kebelakang. Dia pun menghampiri Vinny yang masih ketakutan.

“Kau tidak apa ?” tanya Julius, Vinny mengangguk. Dia memang sama sekali belum terinfeksi. Julius pun berjalan meninggalkan Vinny, ia melihat jari kelingking nya yang tergigit. Tapi dia berpikir dia akan baik-baik saja. Dia pun merahasiakan kejadian itu pada siapapun dan menutup jarinya dengan jaket panjangnya.
 
Yuvi meminta bantuan pada Sally untuk mengirimkan sebuah helikopter ke Thailand. Melody dan kawan-kawan dan beberapa pasukan yang belum terinfeksi pun berlari menuju atap istana. Pintu itu dikuncinya oleh salah seorang pasukan agar zombie-zombie itu tidak berjalan ke atap.

“Sally, apa helikopter itu sudah tiba ?” tanya Ve. “Sedang berada di perjalanan, aku kira 45 menit lagi dia akan sampai di tempat kalian” jawabnya.
 
“Oke, Baik" jawabnya. Melody melihat dari atap begitu banyak zombie yang menyerang warga yang belum terinfeksi. Pandangannya terhenti, dia melihat seorang kakek tua dan anak kecil laki-laki yang terdiam diantara para zombie. Tapi ? Zombie itu tidak menyerangnya hanya melewatinya saja, ada apa ini ? "Bagaimana bisa ??" pikir Melody. Helikopter itu pun tiba, semuannya menaiki helikopter itu dan terbang ke Singapura.
***
Saat mereka sudah tiba di Singapura. Kekacauan itu terjadi. Setidaknya wilayah Asia hampir terserang sepenuhnya. Melody ? Gadis itu masih terdiam memikirkan hal tadi kenapa kakek tua itu tidak tergigit ? Tapi hanya dibiarkan oleh para zombie.
 
“Kau kenapa ?” tanya Ivan. “Tadi aku melihat seorang kakek tua dan anak kecil yang tidak tergigit oleh zombie, mereka hanya dilewatinya. Seperti nya mereka mengidap penyakit ? Atau.. ah aku tidak tau” jelas Melody, Akicha yang mendengarnya pun seolah mencari tau tentang hal itu.
 
“Rif, bisakah kau dengar aku ?” tanya Akicha. “Aku mendengarmu, ada apa ?” tanyanya.
 
“Carikan sebuah rumah sakit di Singapura. Rumah sakit terbesar dan terlengkap” ucap Akicha. Rif pun nampak mencari keberadaan RS itu.

“Ada di sebelah barat daya sekitar 1 jam dari lokasi-mu saat ini. Kau bisa menempuhnya menggunakan helikopter dengan waktu 25 menit” jelas Rif.

“Kita akan kebarat daya, menuju salah satu RS disana” ucap Shania. “Buat apa kita kesana ?” tanya Christian. “Sudah, nanti aku jelaskan” jawab Shania.
 
25 menit kemudian…
Mereka semua sudah sampai di RS itu, dia bertemu dengan beberapa dokter yang diketahui bernama Ayana, Rena, dan Haruka. Ketiga dokter profesional asal Jepang yang bertugas di Singapur.

“Ada apa kalian kemari ?” tanya Haruka saat melihat gerombolan orang-orang itu. “Apakah di rumah sakit ini menyimpan obat insulin ? Atau sejenis cairan kimia kombinasi antara Virus-Z dengan obat penyembuhnya” jelas Akicha. Rena nampak berpikir.

“Ada, tapi…” “Kenapa ?” tanya Shania. “Di gedung sebelah, disana banyak terdapat zombie” ucap Rena.
 
“Berapa banyak karyawan yang bekerja di gedung sebelah?” tanya Ivan.
“Sekitar 90 orang” ucap Ayana.

“Bagaimana cara kita bisa kesana ?” tanya Shania. “Ikutlah denganku” Haruka memandu mereka. Berjalan menuju ruang pemantau, memang rumah sakit itu hampir sepenuhnya dipadati oleh kamera CCTV.
 
“Akan ku jelaskan terlebih dahulu mengenai gedung itu dan dimana letak obat itu” Rena nampak memperlihatkan ruangan-ruangannya dan terlihat menjelaskan jalan keluarnya.

Semua mengangguk paham dan mereka pun bergegas masuk. “Kau yakin ? Akan berhasil ?” tanya Ayana. “Aku yakin,” ucap Ivan.
 
“Berhati-hatilah,” ucap Rena.
Mereka terlihat membuka pengganjal pintu itu, kursi, meja, lemari, besi-besi berat tampak mereka singkirkan. Karena, memang gedung A dan gedung B hanya dibatasi oleh sebuah pintu.
Yang masuk kedalam itu adalah Melody, Ivan, Shania, Akicha, Petter, Julius,  Christian,Niko, dan 5 orang pasukan. Sisanya, mereka terlihat mengawasi di ruang pemantauan bersama Ayana, Rena, dan Haruka.

Julius merasakan sakit yang begitu luar biasa. Dia membuka jaket panjangnya, di bagian lengan jaket itu. Lukannya begitu cepat menyebar hingga tangannya hampir setengahnya berubah. Dia merasakan kepalanya sudah pusing, namun dia menahannya. Seolah baik-baik saja.
 
Mereka semua nampak berhati-hati melewati koridor demi koridor. Matanya tampak awas, takut jikalau zombie itu menyerang mereka. Julius berjalan paling belakang karena dia tidak ingin ketahuan bahwa dirinya sudah terinfeksi.

Ivan dan Akicha memimpin didepan. “Sstt, diamlah” Ivan menyuruh semuanya diam ketika mereka melihat salah satu ruangan dan terdapat zombie. Ivan berjalan perlahan, amat sangat lamban dan dia menjaga agar tidak menimbulkan sebuah suara.

Akicha, Melody, Shania, Christian, Niko, Petter, dan 5 pasukan serta Julius pun mengikuti anjuran Ivan. Julius merasakan dirinya sudah tidak kuat, matanya pun sudah berubah warna. “Aaahh!” pekik salah seorang pasukan asal Thailand itu.
 
Dia tergigit oleh Julius, suara pasukan itu membuat seluruh lorong bergema dan menarik perhatian zombie-zombie itu supaya berjalan mendekat kearahnya. Shania berlari dengan kencang disusul yang lain. Zombie itu mengejar mereka. 3 orang pasukan kini sudah menjadi santapan zombie. Shania terlihat bingung karena ada dua jalan di depannya.
“Sebaiknya kita berpencar” ucapnya.
Melody, Shania, Niko tampak berlari kekanan, dan Akicha, Ivan, Christian, Petter dan 2 pasukan terlihat berlari kekiri. Para zombie itu mengikuti ke arah kiri, karena seorang pasukan yang terlihat berlari lamban.
Melody, Shania, dan Niko terlihat menemukan sebuah ruangan itu. Didalamnya terkunci namun kunci itu seolah terpasang dengan sandi. Dia melihat ke arah kamera CCTV telephone di samping ruangan itu berdering, Niko mengangkatnya. “270606” ucap Ayana.
Niko pun memasukan sandinya dan pintu berhasil terbuka. Kini dia, Shania, dan Melody masuk kedalam ruangan itu, pintu itu tertutup kembali. Mereka melihat beberapa zombie berada diluar ruangan itu seolah mereka ingin masuk kedalam mencabik-cabik tubuh ketiga orang itu.
***
Akicha dan Ivan berlari sangat cepat, Christian mencoba mengimbanginya. Sedangkan, Petter dan 2 orang pasukan itu nampak berlari lambat. Terlihat salah satu pasukan itu terjatuh, Petter dan seorang pasukan itu nampak ingin membantunya. Tapi, para zombie itu sudah menggigit pundak Petter, kaki kedua pasukan itu. Zombie-zombie itu melahap habis tubuh Petter dan kedua pasukan itu. “Mereka berlari menuju kemari” ucap Rena.
“Bukakanlah pintunya” ucap Yuvi.

“Tapi, bagaimana kalau mereka terinfeksi?” tanya Haruka. “Sudah, kita lihat saja dulu” Ve pun sudah siap dengan senjatanya.
Akicha, Ivano, dan Christian terlihat berlomba-lomba menuju pintu itu. Dan pintu itu berhasil dibuka oleh Vinnyn, Yuvi, dan Rena. Mereka bertiga pun selamat, dan pintu itu ditutup kembali.
Mereka semua pergi menuju ruang pemantauan melihat bagaimana ke adaan Shania, Melody, dan Niko disana.


- BERSAMBUNG -

[Chapter One] Klik Ini Aja
[Chapter Two] Klik Ini Aja
[Chapter Three] Klik Ini Aja

2 komentar:

  1. Chapter selanjutnya mana ni ?

    BalasHapus
  2. tidak sulit membayangkannya coz mirip dengan cerita2 zombie2 yg ada

    tapiii lanjutannya mana....????

    BalasHapus