Gingham Check

Senin, 18 Agustus 2014

[Fanfict] Waktu yang Mempertemukan Kita ep 5

Episode ke 5 / last episode

Keesokan harinya disekolah. “Hei Jessica, kenapa hari ini Abam tidak
masuk ?!” Tanya teman Abam. “Tidak tau tuh.” Kata jeje mulai bingung.
“Padahal aku sudah bawakan majalah.” Kata teman ku. Bel sekolah pun
berbunyi. Jeje segera pulang dan menujuh kerumahku. “Abam sudah pergi
dari tadi pagi?!” kata ibuku. “Eh ?! tapi kok tidak masuk sekolah?!”
kata jeje mulai bingung. “Dia bolos ?! tapi dia pergi dengan seragam
sekolah?!” kata ibuku lagi. Jeje akhirnya keluar dari rumahku dan
berjalan sendirian menuju ketempat kami bertiga biasa. “Tidak ada.”
Kata jeje pada saat tiba disana. “Bunga ini Abam yang merawatnya, Nano
menghilang pun Abam tetap seperti dulu, dia selalu tertawa
disampingku. Kalau sampai begini. Apa Abam juga akan menghilang.”
Gumam jeje dalam hatinya yang mulai cemas. “Kumohon jangan tinggalkan
aku. Abam kamu dimana.” Teriak jeje dengan wajah yang cemas sambil
menangis dan duduk ditaman itu. “jeje ?! sedang apa kamu menangis
disana ?!” kataku heran sambil keluar dari lubang didinding rumah
angker itu. “Abam.” Kata jeje sambil balik kearahku dengan wajah yang
penuh air mata. “Loh sudah sore?! Padahal aku perginya pagi!!” kataku
sambil mengarahkan wajahku keatas langit. “Kamu pergi kemana?” kata
jeje yang hanya terdiam dan masih tetap duduk. “Aku pergi ke 6 tahun
lalu. Kaleng kopi ini kamu memberikannya 6 tahun yang lalukan?!
Gawatkan kalau membiarkan benda masa depan seperti ini !!” kata ku
santai dan melipat kedua tangan didepan dadaku. “ Abam bodoh. Kenapa
kamu pergi sendiri tanpa memberitahuku, bagaimana kalau kamu tidak
bisa kembali.” Kata jeje yang menundukkan wajahnya. “Ughh.” Kata jeje
yang mengangkat wajah kembali dengan mata yang berkaca-kaca. “Jangan
pergi.” Kata jeje yang mulai menitikan air matanya. “Jeje.” Kataku
yang hanya terdiam. Dengan perkataanya tadi jeje membuat hatiku luluh
pada saat mendengarnya.

“Kamu mengkhawatirkan aku?” kata ku dengan jantung yang
berdebar-debar. “Aku Cuma belum mengucapkan terima kasih kepada
Shania.” Kata jeje sedikit salah tingkah. “Tunggu jeje.” Kata ku. Jeje
pun berbalik kearahku jeje diam sejenak dan bernostalgia lagi. “Kenapa
Shania bisa tahu kalau aku suka kopi. Padahal kan aku tidak pernah
member taukan ke siapapun kecuali ke Nano. Katanya Shania dia diberi
tahu oleh suaminya?!” gumam jeje dalam hati sambil bernostalgia.
“jeje.” Kata ku. “Abam ayo ikut.” Kata jeje sambil menarik tanganku.
“Shania.” Teriak jeje dijalan pada saat ketemu Shania. “Ehh, jeje.”
Kata Shania berbalik. “Shania ada yang ingin ku tanyakan. Shania
bilang aku suka kopi kan?! Siapa yang memberitahumu?!” kata jeje
dengan wajah serius. “Suamiku. Tuh dia pulang.” Kata Shania agak
sedikit bingung.  Seseorang lelaki datang dari arah belakang Shania
dan dia itu adlah suami Shania. “Jeje.” Teriakku ke jeje. Jeje
menghampiri suami Shania. “halo Jeje.” Kata Suami Shania yang langsung
tersenyum. *Bhukk* suara pukulan tepat diwajah suami Shania dari
pukulan tangan jeje yang begitu keras. “Apaa!” kata ku dengan membuka
mulutku dengan muka yang begitu kaget dan terkejut. Dan wajah Shania
pun juga begitu. “Apa yang kamu lakukan jeje!?” kataku langsung
menghampiri jeje. “Aku berbohong kalau suka kopi Cuma sekali dan Cuma
didepan 1 orang. Maaf bila aku salah.” Kata jeje yang sudah
melampiaskannya dengan pukulan. “Kamu??” kata jeje saat melihat wajah
suami Shania.  “Nano..?!” kata jeje yang begitu terkejut. “Ya.” Kata
nano hanya tersenyum. “Na..nano.” kata ku juga yang terkejut. “Kenapa
kenapa tidak bilang pada kami?!” kata jeje dengan wajah yang bercampur
kesal dan bahagia. “Habisnya tidak ada yang Tanya.” Kata nano hanya
tersenyum. Aku pun memukul Nano lagi karena menurutku dia tetap saja
menyebalkan. “Jahat! Padahal aku akan cerita kalau ditanya.” Kata Nano
dengan wajah yang agak bengkak. “Kami mana mungkin sadar kamu menjadi
dewasa seperti ini!” kata ku dengan agak kesal. “Habisnya aku bilang
pindah waktu pun, kalaian tidak akan percaya.” Kata nano lagi.
“Menarik juga melihat kalian yang mengkhawatirkan aku didepan mataku
sendiri.” Kata Nano lagi sambil tersenyum. “kamu memang menyebalkan
ya.” Kata dengan urat sudah keluar-keluar ditangan ini.

Aku kembali menyiksa Nano karena sudah membuat aku dan jeje menjadi
khawatir, tapi Shania dan jeje hanya berbincang-bincang. “Ternyata
begitu ya, aku terkejut.” Kata Shania dengan senyumannya itu. “Reaksi
biasa sekali.” Kata jeje dengan sedikit kesal juga. “Jeje Abam. Aku
selalu mengingat kenangan saat kita bersama. Tapi, aku sangat bahagia
dengan keadaanku sekarang. Masa lalu seindah apapun, itu hanyalah
sebuah kenangan. Sekarang aku akan menentukan masa depanku sendiri.
Tapi, aku akan tetap mendukung kalian. Jangan selalu melihat ke masa
lalu, melangkah lah maju kedepan. Kalian juga buatlah masa depan
kalian sendiri.” Kata nano sambil meninggalkan aku dan jeje. Akhirnya
kami berdua pun jalan menuju kerumah kami kebetulan arah menuju
kerumah kami searah jadi aku dan jeje pulang bareng. “Tidak apa nih?!”
kata ku sambil berjalan santai dan memasukkan tanganku ke katong
celana. “Eh?!” kata jeje bingung. “Kupikir jeje akan berkata aku akan
pergi ke masa lalu, menjadi dewasa bersama Nano. Nano juga terlihat
dewasa sekali.” Kata ku panjang lebar. “Benar juga ya, nano terlihat
keren sekali beda sekali denganmu.” Kata jeje sambil menghinaku. Aku
agak kesal dengan perkataannya jeje, aku hanya lanjutkan jalan ku saja
kedepan. “ Aku benar-benar senang , saat bersama Abam dan Nano.” Kata
jeje kearahku. Aku akhirnya gak tega ngeliat jeje aku pun membalikkan
badanku sja. “Karena sangat senang. Jadi aku tidak ingin membiarkannya
tinggal kenangan. Tapi harapan seperti apapun taman bunga ini. Kita
juga. Sama sekali tidak berubah sejak dulu. Karena itu, aku juga akan
membuat masa depanku sendiri! Bersama Abam selamanya.” Kata jeje yang
hanya tersenyum lebar.

Sekarang semuanya sudah berbeda, kami tidak bisa membuat masa depan
kami bertiga tapi sekarang aku akan membuat masa depanku bersama jeje,
dan tertawa bersama jeje. “Mungkin bisa juga kemasa depan kali ya.
Melihat diriku yang tampan. “ kata ku pede. “Tidak mungkin.” Kata jeje
yang hanya tertawa. “Apa maksudnya?!” Kataku kesal sedikit tapi
sedikit senang. “Hahaha, gak ada kok maksudnya.” Kata jeje sambil
tertawa. Aku yakin aku bisa membuat masa depan seperti yang aku
inginkan. Sesuai dengan keinginan ku dengan jeje bagaimana masa depan
ku bersamanya.  Aku dan jeje akhirnya bersama selamanya sampai ajal
kami dijemput oleh tuhan…

The End…

- Lakshita Domia De Luna Domiadeluna

0 komentar:

Posting Komentar