Gingham Check

Senin, 18 Agustus 2014

[Fanfict] Waktu yang Mempertemukan Kita ep 4

Episode ke 4

Dan ternyata nano berjalan menuju ke rumah angker itu, begitu
terkejutnya aku dan jeje bahwa nano mengetahui lubang yang di dinding
itu. “Tunggu Nano.” Teriak jeje. “kaka.” Kata nano. “Nano kenapa kamu
bisa tahu ada lubang ini?! Ini kan bisa ke masa lalu.” Jelas jeje
cemas. “Kaliang jangan-jangan Jeje dan Abam dari masa depan?!” Tanya
Nano dengan muka bingung. “Tidakk.” Kata jeje menjadi salah tingkah.
Aku hanya terdiam dan bengong. “begitu ya,. Kalian pasti datang
mencariku ya!? Setelah aku akan menghilang.” Tanya nano hanya
tersenyum. “Apa maksudmu?!” kata jeje cemas. “Shania dirawat dirumah
sakitku.” Jawab nano. “Kenapa Shania?” Tanya lagi jeje. “Keluarga
Shania sudah meninggal jadi dia kerumah sakit sendirian. Sebentar lagi
dia akan menjalani operasi besar. Shani selalu terlihat sedih. Aku
ingin menghiburnya tapi aku masih anak kecil karena itu sekarang aku
akan pergi untuk memperbaiki masa sekarang!” Jelas nano. “Nanoo..”
Kata jeje terkagum-kagum. “Jeje, Abam terima kasih atas selama ini..”
Kata Nano melambaikan tangan dan tersenyum. “Tunggu dulu, hentikan
nano!! Apa kamu tahu betapa sedihnya aku dan abam saat nano
menghilang, walau begitu nano tetap pergi?!” kata jeje dengan raut
wajah sedih. “Jeje… Shania akan tetap hidup.” Kata Nano hanya
tersenyum.
“Jeje.” Teriakku. “Dia menjadi dewasa menikah terlihat bahagia. Ku
mohon jangan pergi!” Kata jeje yang mulai menitikan air mata dan
memegang kedua tangan nano. Aku hanya terbengong melihat jeje dan
tidak bisa berkata apapun. “Tidak apa-apa. Nanti tidak bisa berada
disisinya pun tidak masalah, mungkin saat ini aku tidak bisa, ada
disisi orang kusukai. Tapi, aku tidak akan menyerah sebelum berusaha!
Bagaimana pun juga aku menyukai Shania. Maaf jeje.” Kata Nano
tersenyum sambil melepaskan tangannya dari jeje. “Nano, kau tau jeje
selalu saja meributkan nano, dari dulu kamu memang menyebalkan.” Kata
ku dengan muka datar. “Abam?!” Kata jeje agak kesal. “Tapi, aku dukung
kau karena kita adalah sahabat.” Kataku sambil tersenyum. “Abam.. Nina
aku takkan menyesal.” Kata nano dengan tersenyum kecil. “Selamat
jalan.” Kata jeje yang semula menangis menjadi tersenyum kembali.
Akhirnya nano memasuki lubang didinding itu. Sekarang sisa kami berdua
yang berada di masa lalu ini. “Aku ingin terus bersama menjadi orang
dewasa bersama-sama. Kami memang kembali ke waktu dimana nano
menghilang, dan kami memohon supaya nano yang sudah dewasa tahu kalau
pilihannya hari ini adalah yang terbaik. Suatu saat kami pasti akan
bertemu dengan nano lagi. “Suatu saat kita akan bertemu lagi, lalu aku
akan memukul wajahnya yang terlihat bahagia itu!” kataku tersenyum
sambil menggenggam tangan jeje.

“Ah, waktunya sudah kembali.” Kata jeje sambil memeriksa telephone
genggamnya. “Berarti kita sudah kembali.” Kata ku sambil tersenyum.
“Ya.” Kata jeje tersenyum. Aku sekarang aka mengantar jeje pulang
kerumahnya. “Sampai besok. Terima kasih ya, kamu sudah menemaniku
menemui Nano. ” Kata jeje berbalik kearahku. “Aku juga penasaran kok
kenapa Nano menghilang. Sekarang tinggal masalah kita saja.” Kata ku
santai sambil tersenyum. “Kita?!!” kata jeje bingung. “Janji untuk
melihatku sebagai sosok laki-laki.” Kata ku sambil memajukan wajahku
ke wajahnya jeje. Jeje hanya menggaruk-garuk kepalanya karena bingung.
“Pikirkan baik-baik ya!” kata ku sambil berjalan kearah rumahku.
Keesok paginya. Aku harus menjemput jeje lagi tapi pada saat ku jemput
jeje tidak ada di rumahnya. “Jeje. Pagi ini kamu cepat sekali ke
sekolahnya.” Teriakku ke jeje ditaman depan sekolah. “Ya, aku bangun
lebih cepat.” Kata jeje sambil menghindari tatapan mataku. “setelah
perkataannya kemarin, aku jadi tidak bisa menatap wajahnya.” Gumam
jeje dalam hati. Kami berdua hanya diam sejenak dan bertatapan wajah
tapi pada bertatapan wajah jeje malah membuang wajahnya. Aku pun hanya
terheran kenapa jeje begitu. Kebetulan disamping kami ada keran air.
Aku menyalakan airnya dan mengarahkannya ke jeje. Alhasil aku malah
menyiramnya. *currr* suara air yang terkena punggung jeje. “A..apa
yang kamu lakukan?!” kata jeje berbalik kearahku dengan wajah yang
agak kesal. “Habisnya kamu keterlaluan.” Kata ku juga agak kesal. “Ku
balas kau!” kata jeje sambil mengarahkan keran airnya ke arahku.
“Uwaa!! Dingin, hentikan!” kata ku sambil terkena air itu. Kami berdua
sekrang hanya bermain balas-balasan dengan keran air ini.

“Ukhh, hebat juga kau.” Kataku terengah-engah. “Kamu juga. Dingin ya,
padahalkan sudah musim gugur.” Kata jeje juga yang lagi kelelahan.
*plukk* suara jacketku yang kulemparkan kearah jeje. “Eh?!” kata jeje
bingung. “Pakai itu!!” kata ku. “Tidak perlu.” Kata jeje yang
melemparkannya lagi kepadaku. “Sudah pakai saja!” kataku sambil
memakaikannya. “Tidak perlu! Nanti kamu masuk angin.” Kata jeje yang
melepaskannya. “Lebih baik akku yang masuk angin dari pada jeje.”
Kataku sambil memasakannya lagi jacket. Jeje pun terdiam dan duduk.
“Kan basah, tetap saja dingin!” kata jeje frontal sambil memegang erat
jacket itu. Aku hanya mengejeknya dari belakang pada saat dia frontal.
“Terima kasih.” Kata jeje sambil memakai jacket itu erat-erat. “Aku
tahu kalau dari dulu Jeje menyukai Nano. Aku tahu aku sudah membuatmu
bingung. Tapi, kamu juga tidak pernah melihatku segabai seorang
laki-laki.” Kata ku yang mulai serius ingin mengungkapkan perasaanku.
Kami berdua diam sejenak dan hanya saling bertatapan. *Dhegg* suara
jantung jeje berdebar-debar. “Aku hanya ingin jeje tahu.” Kataku
dengan wajah yang serius. “Tunggu jangan kalau aku mendengarnya. Kita
akan..” Gumam jeje dalam hati. “Aku….a.” kataku dengan gugup.
Perkataanku yang tadi akhirnya terpotong karena jeje mengalihkan
pembicaraan. “Nano sehat-sehat tidak ya?!!” kata jeje sambil memotong
pembicaraanku yang tdi. “Dari dulu sifatnya tidak berubah ya.” Kata
jeje sambil tertawa. Yah aku agak kesal sih dengan perkataannya jeje
karena dia menceritakan orang yang tidak penting pada saat yang
penting begini. “Sepertinya aku tidak pernah melebihi nano ya.” Kataku
dengan senyuman paksa. “Aku pulang.” Kataku langsung membalikkan badan
dengan hati yang sedikit kecewa. Jeje pun hanya terdiam sambil
menatapku dari belakang.

To be Continue…

0 komentar:

Posting Komentar