Gingham Check

Senin, 18 Agustus 2014

[Fanfict] Waktu yang Mempertemukan Kita ep 2

episode ke 2

Jeje melihat sesuatu di rumah angker dekat tempat favorit kami. “Rumah
angker itu.” Kata jeje yang mulai bernostalgia. “Wahh, ada lubang
ditembong?!” Kata jeje yang terheran-heran. Jeje segara bergegas
menuju lubang itu. “Aku baru tau ada lubang disini.” Kata jeje yang
sedang memperhatikannya. “Abam pasti senang kalau tahu. Tapi, kami
sedang bertengkar.” Katanya dengan muka cemberut. Akhirnya Jeje pun
masuk ke lubang itu sendiri. “Lalu kenpa langit menjadi cerah begini.”
Respond jeje saat masuk ke lubang ditembok itu. “Abam.” Seseorang
cowok memanggil namaku. “Abam.” Heran jeje. “Loh Abam dan suami
Shania?” jeje ternyata sangat bingung. “Apa yang mereka bicarakan?”
Kata Jeje yg terheran bukan main. “ Kamu rajin sekali yah pagi-pagi
begini.” Kata suami Shania. “ hehe, soalnya aku mau menjemput Jeje.”
Kata ku yang hanya tertawa. “Bukannya harusnya sudah malam??” Kata
jeje sambil mengecek telepon genggam nya.

“Kok telepon genggam ku mati. Loh, tidak bisa menyala!” Geretak jeje.
*sshhhhssshhh* suara angin yang berhembus dipagi hari. Mata hari pun
sudah terbit padahal tadi sudah terbenam, gumam jeje dalam hati.
“Tunggu kenta.” Kata suami Shania. Rasanya aku seperti tadi pagi,
semua jadi setelah melewati lubang ini jangan-jangan gara-gara
melewati lubang ini aku kembali ke tadi pagi, gumam jeje lagi. “Shania
sebentar lagi bunga musim gugur ya?!” Tanya ku . “Ah maaf, aku tidak
tau.” Jawab Shania. “Abam sering datang ke sini ya. Tapi kenapa…?!”
gumam jeje dalam hati. “Shania, aku harus bagaimana ya?” Kata ku
dengan muka murung. “Tentang jeje?” Katanya. “Aku bukannya ingin
melupakan nano. Aku Cuma ingin dia melangkah maju. Tertwa seperti masa
lalu. Tapi, aku tidak bisa menyampaikannya dengan baik.” Jelas ku.

“Karena itu kamu selalu kemari untuk merawat bunga ini kan?” Tanya
shania ke aku. “Soalnya ini tempat kami bertiga sering bermain. Jadi
kalau tempat ini berubah, pasti jeje sedih. Setidaknya aku bisa
melindungi tempat ini. Cuma ini satu-satunya hal yang bisa aku
lakukan, supaya jeje bisa melihat bunga yang bermekaran seperti dulu
lagi.” Jelasku ke Shania. “Abam.. kenapa selama ini aku tidak
menyadarinya. Abam dari dulu sama sekali tidak berubah. Dia selalu ada
disampingku.” Gumam jeje dalam hati sambil menitikan air matanya lagi
dengan nostalgia lagi.  Kembali ke waktu sebelum masuk lubang. “Abam.”
teriaknya. “Ya?” jawabku. “Jeje.” Kataku terkejut. “A..ada perlu apa?”
Tanyaku gugup. Jeje pun tidak mengerluarkan kata sedikit pun. “Ahh,
maaf ya yang tadi. Aku tidak akan begitu lagi.” Kata ku. “Soal Nano?!”
Kata jeje mengalihkan pembicaraan. Tiba-tiba jeje memelukku dengan
erat sambil berkata “Maaf yah abam. Selama ini aku terus-terusan
bersedih. Padahal, aku selalu mendapat semangat dari abam. Abam selalu
merawat taman bunga tempat kita bermain dulukan? Terima kasih yah
abam.. ”. jeje pun melepas pelukannya dan tersenyum manis dengan ku.
Kami berdua saling bertatapan tapi tiba-tiba muka ku memerah. “Ah.
Kenapa wajah mu memerah?” Kata jeje dengan mukanya yang mulai memerah
juga. “Bu…bukan begitu..” Jawabku gugup dengan salah tingkah.
Kami berdua pun diam sejenak. Lalu jeje membuka topic cerita. “Jadi
na…nano pergi kemana ya kira-kira,” kata jeje sambil tersenyum. “Sudah
menghilang 6 tahun sih, Cuma bisa cari tahu di mesin waktu.” Jawab ku.
“Mesin waktu?!” kata jeje bingung. “Ada, yang bisa membalikkan
waktukan?!” Tanya jeje. “Iya.” Jawabku singkat. “Tadi aku kembali ke
pagi hari, rumah angker itu.” Kata jeje. “Jeje.. tunggu kepalamu
terbentur ya?!” Tanya ku agak aneh. “Pasti bisa bertemu dengan Nano.”
Kata jeje dengan semangat. Sedangkan aku, hati ini seperti
terbakar-bakar karena dia berkata begitu. Aku agak kesal dengan
perkataannya dia merubah wajahku yang senang menjadi marah. “Padahal
tadi kamu membahas tentang aku, kenapa membahas nano lagi.” Kataku
dengan muka yang kesal. “eh?!” kata jeje. ” Berisiki! Nano Nano
kesal!! Sudahlah, mau ada mesin waktu kek, kalau bisa pergi ke masa
lalu atau ke masa depan, pergi saja!” kataku membentak dengan muka
kesal. “Itu…Aki..?!” kata jeje.

To Be Continue…

@domia07luna

0 komentar:

Posting Komentar