Gingham Check

Senin, 18 Agustus 2014

[Fanfict] Waktu yang Mempertemukan Kita ep 1

Berulang kali aku memohon “aku ingin kembali ke hari itu..” Hei. Nano,
jangan pergi !!  Nano!
“Mimpi dihari itu lagi..” kata Jeje ketika terbangun. Perkenalkan
namanya Jeje. Nano adalah sahabatnya dari kecil tapi dia seketika
menghilang. Ini dia kelanjutan ceritanya dan namaku adalah Abam dan
dia juga sahabatku.
*Guk-Guk* “Kenta tunggu!!” Teriakan seseorang yang mengejar anjingnya.
“Anjing keluarga Nathan selalu saja kabur, capek juga kalau jam
segini..” kata jeje hanya tertawa melihatnya mengejar seekor anjing.
“Nano sudah menghilang.. Dari 6 tahun lalu.” Gumamnya dalam hati. Jeje
pun segera bergegas untuk menuju sekolah. Jeje pun menuju gerbang
rumah untuk keluar dari rumah saat jeje berjalan tiba-tiba seseorang
memanggil nama jeje dengan melempar kannya tas. *Duk* “Hei Jeje.”
Teriakku menyapanya dipagi hari dengan lemparan tasku. “Apa-apaan sih
kamu!” Katanya dengan muka cemberut dipagi hari. “Kenapa wajahmu
ngantuk dan cemberut begitu?!” Tanyaku. “Biasa anjing keluarga Nathan
dari pagi sudah ribut.” Katanya sambil menguap. “Ah dasar aneh, selalu
saja begitu.” Kataku sambil tertawa.

Jeje,  Aku, dan Nano. Selalu bersama-sama waktu kecil. Sampai 6 tahun
lalu. Tiba-tiba nano menghilang “Sampai jumpa besok.” Kata Nano dulu.
Salam perpisahan seperti biasanya. Tapi keesokan harinya dia tak
pernah kelihatan lagi.  “Eh Abam. Hari ini aku bermimpi tentang nano
lagi. Nano sekarang ada dimana?” Katanya sambil tertawa. “Jeje,
cepatan nanti terlambat lohh!” Kataku sambil mengalihkan pembicaraan.
Sejak saat itu abam selalu menghindar tentang Nano. Sepertinya dia
sengaja melupakan nano, gumamnya dalam hati. Setibanya disekolah.
“Jessica.” “Jessica Vania!” Kata pak guru memanggilnya. “Ya!!” Katanya
sambil terkejut dan segera berdiri. “Berani sekali melamun saat
pelajaranku cepat jawab soal no. 2” Kata pak guru yang menantang jeje
menjawab soal. “Gimana nih?! Aku gak dengerin tadi.” Katanya mulai
keringat dingin sambil memandangku. “Taufik Hidayat.” Tulisku didalam
buku untuk memberikannya ke jeje. “Abamm..” Katanya terkagum-kagum.
“Taufik Hidayat.” Kata jeje dengan penuh semangat. “Jessica, sekarang
pelajaran kimia.” Kata pak guru yang terheran-heran dengan jawabannya.
“Ehh.” Jeje hanya terpaku dan menyimpan rasa malu ini. “Berdiri!!”
Kata pak guru yang menghukum jeje untuk berdiri. Aku pun hanya
memasang muka merasa bersalah. Bel pun berbunyi waktunya kami pulang
sekolah. “Maaf yah, jeje.” Kataku yang mengejarnya. “Salah kamu, salah
kamu.” Katanya sambil memukul ku dengan muka cemberut. “Maaf.” Kataku
sekali lagi.
“Kasihan deh lu. Ingin sok pintar didepan orang yang disukai.” Kata
teman sekelasku yang mengejek ku.
“Wa wa wa.” Kataku dengan tampang wajah mulai merah padam.

“Benar juga, sejak dulu Abam pintar olahraga Nano pandai pelajaran.”
Gumam jeje dalam hati. “Jeje.” Seorang perempuan memanggil namanya.
“Shania!” Katanya terkejut saat berbalik kearahnya. “Pulang sekolah?”
Tanya Shania. “Iya.” Jawabnya singkat. “Suamiku dapat banyak kopi, nih
buat mu.” Kata Shania sambil memberikannya 3 kaleng kopi. “Kopi?!
Kenapa kamu kasih aku?!” Kata jeje bingung. “Bukannya kamu suka
kopi!?! Aku Cuma diberi tahu.” Kata shania sambil tersenyum dengan
manis. Jeje hanya terdiam dan mengangguk. “Aku pulang dulu yah. Sampai
jumpa.” Katanya sambil melambaikan tangan dan tersenyum manis lagi.
“Sejak kapan jeje jadi suka kopi!?!” Tanyaku terheran-heran. “Kapan
aku bilang suka kopi ya, aku bahkan tidak bisa minum kopi. Tapi,
shania cantik sekali yaa.” Jawabnya sambil terkagum-kagum melihat
shania tadi. “Begitu-begitu saja, tidak berubah sejak dulu. Tapi,
selera orang beda-beda sih. Kalau aku sih lebih suka ini.” Kataku
malu-malu dengan muka merah padam. “Ehh, barusan bilang?!” Katanya
menanya ku yang salah tingkah. “Tidakk!” Kataku yang menjadi salah
tingkah. “Nano menyukai Shania. Karena itu aku sedih dan menghindari
Shania.” Katanya hanya tertawa. “jeje, cepat pulang sebelum gelap!”
Kataku dengan tampang muka kesal.

“Abam sudah melupakan nano ya?” Katanya cemas. “Aku sudah tidak mau
membicarakan tentang nano.” Kataku dengan muka kesal. “Kenapa?! Bukan
kah kita bersahabat!” Katanya sambil membentakku dengan mata yang akan
menitikan air mata. “Kenapa abam!” Katanya lagi sambil menangis. “jeje
sendiri juga, ada orang yang sedang berjuang didekatnya. Tapi, terus
membicarakan nano. Kamu harus bisa terima kenyataan dan melangkah
maju, dia sudah menghilang selama 6 tahun. Kita mungkin sudah tidak
bisa bertemu dengan nano lagi.” Kataku yang membentaknya. *Dukk* jeje
melemparkan kaleng kopi ini ke dadaku. “Abam bodoh! Kenapa melupakan
nano?! Aku benci!” Katanya sambil berlari dengan pipi yang terbasahi
air mata. Jeje berlari kesebuah tempat dimana tempat favorite kita
bertiga. “Abam bodoh. Padahal, dulu sering main bertiga disini. Kalau
bunga ini mekar, berarti musim gugur sudah dekat.” Katanya sambil
melihat bunga itu. Dulu kami sering bermain ditempat ini sama sekali
tidak berubah bunga musim semi yang mekar saat musim semi, bunga musim
gugur yang mekar saat musim musim gugur. Tapi, kami sudah tidak bisa
kembali ke masa itu.. “Pulang ahh!” Kata jeje yang segera bergegas
berdiri….

To be Continue

@domia07luna

2 komentar:

  1. Bagus bagus
    I like it
    Akhirnya pemerannya jeje, udah lama nih ga baca fanfic jeje
    Thank bro

    BalasHapus
  2. keren vrooohhh :))

    BalasHapus