Gingham Check

Sabtu, 29 November 2014

[Fanfict] Janji Ya, Shania! (Part Two)

*** Rumah Shania ***
“Shania!! Shania!! Ayo sudah siap belum??” teriak Nano dari luar rumah Shania.
“Iyaa!! Sebentar!!” balas Shania. Shania turun dan segera menghampiri Nano yang sedang menunggu di luar rumahnya.
“Ayo, hari ini jalan ya! Gak usah pake sepeda” ucap Nano semangat pada Shania.
“Baiklah... Yang pertama sampai taman, dia yang menang ya! Yang kalah traktir bakso lohh!!” ucap Shania.
“Tidak mau! Nanti bisa dicurangin deh Nano!” ucap Nano menolak.
“Yahh Nano... Ayo dong... Shania tidak akan curang, janji!” ucap Shania meyakinkan pada Nano.
“Okedeh. Hitung sampai tiga yaaa... Satu, dua, tiga!” aba-aba dari Nano dan mereka pun berlomba menuju taman terlebih dahulu.
*** Di Taman ***
“Yeyee!! Nano menang!! Shania kalahh!! Yeyeye!!” teriak Nano kegirangan karena berhasil menang dari Shania.
“Huhh capek tau! Nano larinya cepat sekali!” ucap Shania. Karena sudah janji, Shania pun mentraktir Nano semangkuk bakso dan minumnya.
“Ah... Terima kasih Shania. Gitu dong... Gak curang! Ehehe” ucap Nano nyengir.
“Iya iya, ya sudah ayo makan” ucap Shania, mereka pun memakan bakso itu dengan lahap. Lalu Shania mengambil uang di sakunya.
“Eh... Nano, uang Shania sepertinya tertinggal di rumah._.” ucap Shania.
“Hadehh-_- Nano sudah menduganya, kamu memang pelupa! Hampir setiap main, lupa membawa uang-_-“ ucap Nano. “Yasudah, minggu ini Nano yang bayar saja. Tapi lain kali, kalau kalah harus terima ya!” ucap Nano lagi.
“Yee!! Shania terima kalau Shania kalah tau! Hanya saja kan tidak bawa uang” ucap Shania mengelak.
“Iya iya, bentar ya Nano bayar dulu” lalu Nano membayar dua mangkuk bakso dan dua teh segar tadi.
“Ayo Shan, kita jalan-jalan lagi” ajak Nano menarik tangan Shania saat selesai membayar.
“Oke deh! Ke tempat buku yuk, kita baca-baca aja tapi” ajak Shania.
“Lah? Emang hari ini buka? Tapi ID Card punyaku hilang... Shania bawa emang??” tanya Nano.
“Bawa dong! Nih! Hehe, ini juga ID Card punya Nano! Ketinggalan di rumah Shania :>” ucapnya sambil menunjukan ID Card untuk membaca buku di tempat buku di dekat taman.
“Huh kamu! Pantas saja, Nano pikir hilang” ucap Nano mengacak-ngacak poni Shania yang indah itu.
“Ih!! Jangan acakin poni aku juga dong! Huh-_-“ ucap Shania dengan lucunya. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, padahal hari masih cerah. Nano menarik tangan Shania untuk berteduh di bawah pohon, untungnya disitu ada bangku dan daun yang lebat menjadikan air yang turun lebih sedikit.
“Nih, pake jaket Nano” ucap Nano yang kebetulan mengenakan jaket.
“Hmm iya, makasih. Tiba-tiba bisa hujan ya Nano-_-“ gerutu Shania.
“Shania? Apa Shania sayang pada Nano?” ucap Nano dengan lurusnya :|
“Iya dong... Shania sayang sama Nano! Nano kan sahabat Shania^^” ucapnya tersenyum. “Lalu, bagaimana dengan Nano?” tanya Shania.
“Heuh? Aku? Tentu, aku juga menyayangi Shania” ucap Nano.
Shania dan Nano memang sudah seperti sahabat sehidup semati, sahabat yang tidak dapat dipisahkan oleh apapun. Shania sayang sekali kepada sahabatnya Nano, rasa sayang seorang sahabat kepada sahabatnya. Tapi, apakah Shania sadar? Kalau sebenarnya sahabatnya itu, Nano, Nano menyayangi Shania, lebih dari seorang sahabat. Nano menyembunbyikan perasaannya karena ia pikir Shania masih belum memikirkan hal itu, karena mereka masih kelas dua SMP, pastinya hanya belajar, bermain, dan bersenang-senang yang Shania pikirkan.
“Shan, kita gak jadi baca ya? Kita ke rumah kamu aja, ngerjain tugas. Besok hari senin lohh” ajak Nano.
“Hmm, oke deh! Ada tugas apa aja ya buat besok... Inggris, Indonesia, sama IPA. Ternyata semua pelajaran ada tugasnya-_-“ Shania menghela nafas.
*** Rumah Shania ***
            “Mama kamu, kemana??” tanya Nano pada Shania.
“Sedang pergi mungkin, Shania gatau” ucap Shania.
“Shan, bukannya kamu punya kakak ya? Kemana dia?” tanya Nano kembali dan duduk di sofa rumah Shania.
“Eh iya, kakak tadi malam baru pulang dari kuliahnya di Inggris” “Kak!! Kakak... Shania pulang!!” teriaknya. Beberapa saat kemudian, kakaknya turun dari tangga dan menyapa Nano yang sedang duduk di sofa.
“Eh ada Nano, udah lama ya gak ketemu hehe” ucapnya.
“Ehh kak Ve ya! Wahh kak Ve makin cantik aja, sampai jadi pangling Nano liat kak Ve!” ucap Nano tidak percaya apa yang sedang ia lihat di depannya, Veranda atau yang biasa dipanggil Ve itu memang mengalami banyak perubahan selama di Inggris, ia belajar banyak tentang fashion disana.
“Ahaha, bisa saja kamu ini. Shan, kakak pergi dulu ya, ada janji sama temen. Baik baik di rumah ya, dahh” ucap kak Ve sambil melambaikan tangannya dan berjalan keluar mengendarai mobilnya.
“Iya kak” ucap Shania disusul oleh Nano.
“Nahh yuk kerjain tugasnya, Nano selesain Inggris dulu, Shania selesain Indonesia aja, nanti IPA kita kerjain bareng ya” ucap Shania.
“Huh, selalu Nano yang sulit” gerutu Nano.
“Nano kan pintar, ahaha” ucap Shania.
Setelah beberapa jam menyelesaikan tugas itu, Nano dan Shania pun bermain game di rumah Shania.
“Aaa!! Nano curang! Nano curang!! Shania kan belum siap, kok di smackdown sih!” ucap Shania memukul kecil Nano.
“Suruh siapa belum siap! Weee” ucap Nano melet.
“Huhh, tetap saja Nano itu curang! Nano curang! Nano curang! Kalo tidak bisa main, jangan bermain curang dong!” Shania mendesak Nano.
“Apasih, siapa yang curang! Kalo kalah ya tetap saja kalah!” ucap Nano membela dirinya. “Ahaha yasudah deh, lain kali Nano mengalah wee. Nano pulang dulu ya! Udah sore nih, daahh Shania cengeng. Hahah” ucap Nano dan berjalan keluar rumah.
“Shania tidak cengeng!! Awas saja besok! Jangan telat ke rumah ya! Upacaraa Nanoo!!” teriak Shania.
“Iya! Tenang saja! Jam enam pagi Nano kesini lohh! Kamu harus sudah bangunn!” teriak Nano dan pulang ke rumahnya.
Begitulah jika Nano dan Shania bermain bersama di hari minggu, kadang ribut, senang-senang, dan masih banyak hal lagi. Apa yang dirasakan Shania juga dirasakan Nano, begitu juga sebaliknya.
*** Bersambung Ke Part 3 ***

Author: @frdndan22

0 komentar:

Posting Komentar