Gingham Check

Kamis, 03 April 2014

Impian, Dea, dan Roti Selai~







Hobbah!! Haha XD. Kali ini nano buat fanfict inspired by JKT48, dan PU nya... Tau PU ga ? Pajak Ulang Tahun #alahh haha, bukan yee. PU itu Pemeran Utama (kek judul lagu Raisa ye). Pemeran Utama fanfict disini adalan Alif (sumpah ini bukan nama asli nano :v) dan @deamarella_ (pollow yak xD). Oiye, ini cerita fiksi doang ye. Gak nyata, tapi semoga ada pelajaran yang dapat diambil dari fanfict kali ini.

 Impian, Dea, dan Roti Selai~ Penasaran ? Cekipret :p


"Semua koran belum ada yang laku, hmm... lebih baik aku pulang saja, lagipula udah mau malem juga" ucap laki-laki si penjual koran, mungkin umurnya masih 15-16 tahun.
Dalam perjalanan, laki-laki itu merasa sangat lapar. Koran belum ada yang terjual, mana bisa beli makan. Setelah berjalan beberapa jam, aku beristirahat di depan rumah yang besar.

“Haahh, capek” gerutu si penjual koran itu. “Kamu siapa ?” tanya seseorang perempuan dari dalam rumah.

“Eh aku, aku cuma numpang ngadem disini kok. Maaf kalau udah ganggu” ucap laki-laki itu.
Perempuan itu melihat wajah laki-laki penjual koran itu. Terlihat sekali wajahnya yang sangat kelaparan. “Kamu, laper yah ??” tanya perempuan itu.

“Eh, nngg... iyasih, dari pagi aku belum makan” jawabnya. “Aku gak punya cukup uang buat beli makan untuk kamu, hmm.. tapi aku punya makanan, sebentar yaa” ucap perempuan itu dan berlalu ke dalam rumahnya.

Sesaat kemudian ia kembali dengan membawa roti selai ditangannya. “Ini buat kamu” ucapnya sambil membukakan gerbang rumahnya. “Buat aku ? Makasih ya” ucapnya. “Iya hehe, ngomong-ngomong nama kamu siapa ? Kok pake seragam sambil bawa koran ??” tanya gadis itu.

“Aku Alif, aku sekolah di SMP *** di seberang taman komplek ini. Sehabis pulang sekolah aku emang jualan koran hehe” jawabnya terus terang.

“Ohh gitu, kalau aku Dea. Aku juga sekolah disitu kok, tapi kenapa aku gak pernah liat kamu ya ?” tanyanya. “Mungkin aku gak terkenal disekolah kali hehe” jawab laki-laki itu.
“Eh iya, aku mau pergi les nihh. Lain kali kita ngobrol lagi yaa, dadahh” ucap gadis itu ramah. “Kalau gitu aku pamit ya, makasih ya Dea. Boleh ngadem dirumah kamu, makasih juga rotinya hehe” ucap laki-laki itu dan pergi meninggalkan rumah Dea.
***
Esok paginya, Alif sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. “Hmm, semoga nanti ketemu Dea” gumam Alif. Alif hanya berjalan kaki ke sekolah, karena jarak sekolah dengan rumahnya memang tidak jauh.

Di kelasnya Alif memang pendiam, tetapi sebenarnya dia adalah anak yang cerdas. “Alif, tolong ambilkan absen di ruang guru ya” ucap guru dikelasnya. “Oh iya Bu, sebentar Alif ambilkan” ucapnya sopan.

Alif berlari menuju ruang guru, saat berbelok *brukk* Alif menabrak seorang gadis hingga bukunya terjatuh. “Eh, maaf aku gak sengaja” ucap Alif dan mengambil buku yang terjatuh.

“Eh emm.. Kamu, Alif kan ?” tanya gadis itu. Alif pun tersadar akan suara gadis itu.

“Lohh, Dea ya ?? Wahh ketemu juga nih hehe, maaf ya aku udah nabrak kamu. Aku  tadi buru-buru soalnya” ucap Alif. “Iya gak apa-apa kok, emang mau kemana Lif ??” tanya Dea.

“Mau ke ruang guru nihh, emm Dea.. Aku duluan yaa, pulang sekolah semoga ketemu lagi. Dahh” ucap Alif lalu bergegas ke ruang guru.

***
Sepulang sekolah, Alif kembali menjual koran di jalan raya. “Aliff!!” panggil Dea berlari menyusul Alif yang berada di dekat gerbang.

“Eh Dea, kenapa ??” tanya Alif. “Mau jual koran lagi ya ?” tanya Dea.

“Iyanih heheh” jawab Alif. “Aku.. boleh ikut nggak ??” tanya Dea lagi.

“Hah ? Ikut ? Yakin kamu ??” tanya Alif. “Yakin lahh hahaha” ucap Dea.

“Hehe, yaudahh yuk” ajak Alif. Sepanjang perjalanan menuju jalan raya, Alif dan Dea mengobrol layaknya kedua sahabat yang sudah kenal lama. Padahal, Alif dan Dea baru saja kemarin sore bertemu.

Hari pun beranjak sore, koran yang dipegang Alif hanya sisa beberapa saja. “Wahh, mau abis korannya. Makasih ya Dea! Kamu udah bantuin aku” ucap Alif.

“Iya Lif, aku juga seneng kok heheh. Eh iya, aku masih ada roti selai loh. Mau nggak ?” tawar Dea pada Alif. Alif berpikir sejenak, tapi Dea menarik tangan Alif dan duduk di bangku taman.

“Udah, makan aja. Aku juga ada nih” ucap Dea. “Makasih ya Dea, kamu baik banget. Kamu mau temenan sama aku yang cuma tukang koran” ucap Alif.

“Aku bertemen ga pilih-pilih kok! Heheh, kalau boleh tau.. Cita-cita kamu apa ?” tanya Dea.
“Aku dari kecil pengen jadi Dokter, biar aku bisa bantu orang yang sakit. Tapi aku sadar aku cuma tukang koran, jadi aku ga akan berharap lebih” ucap Alif.

“Kamu gak boleh gitu, kamu pasti bisa kok!” ucap Dea. “Impian ada di tengah peluh, bagai bunga yang mekar secara perlahan. Usaha keras itu tak akan mengkhianati..” Dea melantunkan sebuah lirik lagu, suaranya sangat indah.

“Kalau kita usaha keras, pasti bisa kok!” tambah Dea.
“Iya, kamu bener Dea. Makasih ya, aku jadi semangat!” ucap Alif.

“Hmm, iyaa. Eh, kayaknya kita gak bisa pulang bareng. Aku dijemput Lif, soalnya mau langsung les” ucap Dea.

“Yaudah gapapa deh hehe, aku tunggu kamu sampai dijemput yaa” ucap Alif. Dea pun tersenyum simpul.

Beberapa saat setelah menunggu, mobil yang akan menjemput Dea pun datang. Dea menghampiri mobil itu dan melambaikan tangan pada Alif.

“Hmm, Dea bener, aku ga boleh menyerah sebelum memulai. Impian aku itu jadi Dokter! Aku pasti bisa! Terima kasih Dea!” gumam Alif.

*** 8 Tahun Kemudian ***
Sudah 8 tahun Alif dan Dea tidak bertemu, Alif mendapat beasiswa untuk sekolah di Los Angels. Alif berniat mengejar cita-citanya, menjadi dokter. Alif memberikan Dea sebuah kalung yang berinisial A begitu juga Alif memakai kalung berinisial D, mungkin hanya itu kenangan yang mereka miliki.

“Tolong antarkan bunga ini ke rumah di seberang sana ya” titah seorang pemilik bunga  kepada bawahannya.

“Baik Bu” jawab gadis itu. “Dea, tunggu sebentar” panggil pemilik bunga itu. “Iya Bu ?” tanya Dea, iya.. Gadis itu ialah Dea, ia sudah menjadi gadis yang dewasa, juga begitu cantik.
“Ini alamatnya lupa” ucap sang pemilik toko. Saat Dea menyebrang jalan, tiba-tiba *brukk* sebuah mobil sedan menabrak tubuhnya hingga berlumuran darah. Dea lalu dibawa ke Rumah Sakit  terdekat.

Lama sudah Dea di ruang UGD, kabarnya Dea harus dioperasi karena pendarahan bagian dalam. Namun, operasi ditunda karena Dea belum melunasi semua bayaran. Orang tua Dea yang dinas diluar negeri tidak tahu bahwa anaknya harus dioperasi.

“Dokter, bagaimana pasien ini ?” tanya seorang suster pada Dokter itu. “Siapa dia ? Apakah dia korban tabrak lari ?” tanya Dokter itu.

“Sepertinya begitu Dok, namanya Dea” ucap suster itu. Tiba-tiba Alif teringat dengan Dea sahabat semasa ia masih berjualan koran. Alif segera melihat, apakah ada kalung yang terpakai pada lehernya.

“Ia Dea, sahabatku” gumam Alif. Alif pun berpikir sejenak. “Suster, siapkan alat operasi. Saya yang akan menanggung semua biayanya” ucap Alif.

Dea pun menjalani operasi dengan sukses, ia masih dirawat disalah satu ruangan di rumah sakit itu. Alif pun menulis surat untuk Dea, ia terburu-buru karena ia harus ke luar kota.

“Terima kasih semuanya Dea, maaf aku tidak bisa menemanimu” gumam Alif dan pergi meninggalkan ruangan itu.

Beberapa jam berlalu, Dea pun tersadar. Ia terlihat kebingungan, seperti sedang menyidik-nyidik dimana ia sekarang. Lalu ia pun melihat sebuah surat diatas roti berisikan selai, ia pun membuka surat itu.

Selamat sore Dea, masih ingat dengan aku ? Aku sahabat kamu loh hehe, kamu yang biarin aku ngadem di depan rumah kamu, kamu yang ngasih roti selai buat aku, kamu yang selalu nemenin aku jualan koran. Ingat ? Kalau masih lupa, ini deh ‘Impian ada di tengah peluh, bagai bunga yang mekar secara perlahan. Usaha keras itu tak akan mengkhianati’ hehe. Inget gak ?? Maaf ya, aku gak bisa nemenin kamu. Aku harus pergi ke luar kota. Cepet sembuh ya Dea, aku ada roti selai buat kamu. Dimakan yaa! Terima kasih juga roti selai yang selalu kamu berikan! Terima kasih juga untuk semua motivasi mu untukku, aku sayang kamu Dea.
Sahabatmu: A

Dea pun teringat akan hal itu, sahabatnya yang bernama Alif sudah menyelamatkan hidupnya. Alif yang dahulu hanya seorang penjual koran, kini sudah menjadi Dokter. Sesuai dengan impiannya. “Terima kasih Alif, terima kasih Tuhan” gumam Dea mengucap syukur.


Note Dari Nano: Tidak perduli seberapa besar bantuan yang kamu miliki atau dapat kamu lakukan untuk orang-orang disekitarmu. Yang terpenting adalah bagaimana kamu bisa dengan tulus memberikan bantuan itu. Materi bukanlah segalanya, semua diawali dengan mimpi. Mimpi yang membuat kita menjadi semakin maju untuk meraih cita-cita. Mimpi yang disertakan dengan usaha keras pastinya.

Terima kasih sudah mau membaca fanfict ini! Semoga bisa dijadikan motivasi atau hal-hal positifnya! Sampai ketemu di fanfict selanjutnya! ^^

By: #nano @RealJKTStation


0 komentar:

Posting Komentar