Gingham Check

Minggu, 12 Januari 2014

FANFICT JKT48 : Kini Aku Mengerti, Arti Senyum Itu Selama Ini


Post by: Rif Pawelloy

Story by : @OfficialNano27 (#nano)

Inspired by : Jessica Veranda Tanumihardja



Sinar mentari pagi mulai menembus gorden di kamarku, kulihat waktu sudah menunjukan pukul 06.10. Entah kenapa, hari ini aku merasa tidak enak badan. Dan mungkin aku tidak akan sekolah untuk hari ini. "Rival bangun, udah jam enam lebih nih. Kamu sekolah kan" ucap kakakku. Perlahan aku membuka mataku, terlihat seorang perempuan cantik dengan rambutnya yang berwana hitam kecokelatan dan bergelombang. "Kakak.. Aku rasa hari ini aku tidak enak badan, apa boleh aku tidak sekolah sehari saja...." ucapku lirih. Kemudian tangan kakakku menyentuh keningku. "Kamu panas, sebentar ya kakak ambilkan kompresan dulu" ucap kakakku dan pergi mengambil kompresan. Oh iya, namaku Rival Andreas Tanubrata, umurku 16 tahun dan duduk di bangku kelas 2 SMA. Aku sekolah di salah satu sekolah elite, sekolah internasional di Jakarta. Aku sangat cerdas dalam semua hal pelajaran, namun sifatku kekanak-kanakan, dan manja. Aku mempunyai kakak perempuan bernama Jessica Veranda Tanumihardja, umurnya sudah menginjak 18 tahun dan ia sekarang kuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta. Kami hanya tinggal berdua saja, karena orang tua kami sudah lama meninggal. Aku dan kakakku hidup dengan fasilitas serba mewah karena itu peninggalan kedua orang tua kami, aku selalu dimanjakan oleh kakakku. Oleh karena itu, aku masih bersifat kekanak-kanakan. Kakakku kembali membawa kompresannya dan mengompres kepalaku. "Kamu istirahat lagi ya, kakak ke sekolah kamu dulu" ucap kakakku mengusap kepalaku. "Hati-hati dijalan kak" ucapku dan kembali memejamkan mataku. Tak lama kemudian.... "Rival, bangun ya. Kakak bikin sup buat kamu nih" ucap kakakku lembut. "Hoaam, iya kak. Terimakasih" ucapku. "Iya, kamu senderan aja ya. Kakak suapin" ucapnya. Setelah selesai makan, kakakku ke luar kamarku. Mungkin ia pergi menyimpan mangkuk dan mengambil minum. "Riv, minum dulu ya. Obatnya juga" ucap kakakku. "Makasih ya kak. Oh iya, kakak gak kuliah ??" tanyaku. "Iya ini mau siap-siap kok, tapi kamu gak apa-apa ditinggal sendiri ?" tanya kakakku. "Aku gak apa-apa kok kak, kakak kuliah aja hehe" ucapku. "Bener ya ? Yaudah kakak siap-siap dulu" ucapnya dan pergi ke kamarnya. Kemudian ia kembali menghampiriku. "Rival, kakak kuliah dulu ya. Kamu baik-baik disini, kalau ada apa-apa telfon kakak langsung ya. Inget, telfon aja langsung" ucap kakakku mengusap kepalaku dan berjalan keluar kamarku. "Kak Ve ??" panggilku. "Iya, kenapa ?" tanyanya. "Apa kakak sayang sama Rival ?" tanyaku. Kakakku menghampiriku lagi. Kakakku terdiam sejenak, kemudian ia tersenyum indah. Tetapi senyum itu,,, kenapa setiap ia tersenyum aku selalu merasa ada luka dibalik senyuman itu. Namun aku tetap berusaha berpikiran positif. "Kakak sayang sama kamu, kamu kan adiknya kakak. Yaa, kakak berangkat dulu. Bye" ucapnya mencium keningku dan pergi ke kampusnya. "Terimakasih kak, Rival juga sayang kakak. Hati-hati ya kak" ucapku. Dia seorang perempuan dimataku, bukan seorang kakak perempuan. Setelah sekian lama aku tak percaya, kini aku menyadarinya. Aku menyimpan rasa pada kakakku sendiri, aku sadar rasa itu tidak pantas dan tak seharusnya ada. Sungguh ini adalah sebuah kesalahan besar, kesalahan besar untuk mencintainya.
***
Sudah beberapa jam terlewat, hari sudah mau menjadi gelap. Namun kakakku belum juga pulang, badanku semakin panas dan lemas. Sama sekali tidak ada tenaga untuk bergerak sedikitpun. Sejak tadi siang perutku belum terisi apapun, lampu diluar rumahpun belum aku nyalakan. *krek* pintu kamarku terbuka, kakakku menghampiriku dengan cemas. "Seharusnya kakak gak ninggalin kamu tadi, kamu belum makan ya ? Badanmu semakin panas, kita ke dokter ya" ucap kakakku. "Gak mau, Rival gak mau ke dokter. Paling besok juga sembuh" ucapku. "Hmm, Rival, Rival. Kakak khawatir sama kamu, sekarang kamu makan dulu ya. Kakak bawa bubur kesukaan kamu" ucapnya. "Iya kak..." jawabku lemas. *darr!!* suara petir yang datang tiba-tiba bersama hujan yang lebat membuatku tersedak. "Hati-hati Riv.." ucap kakakku dan menyeka mulutku dengan tisu. "Ini minum dulu" ucap kakakku lagi. Setelah selesai makan, kakakku turun ke bawah dan kembali ke atas lagi. "Kak, malam ini tidur disini ya" ucapku manja. "Hmm, kakak gak akan tidur disini. Tapi kakak disini sampai kamu tidur ya" ucap kakakku mengusap kepalaku. "Hmm, oke deh kak. Selamat malam" ucapku dan memejamkan mataku.
***
"Hoaammm" ucapku menggeliat dari tempat tidurku. Aku membuka mataku dan duduk dipinggir tempat tidur. *krek* kakakku datang dengan tas kuliahnya. "Udah bangun ya, udah baikan ??" tanya kakakku. "Udah kak, hari ini aku mau sekolah langsung" jawabku. "Yaudah sekarang siap-siap dulu, nanti kakak anterin" ucap kakakku. "Gamau, aku pake motor aku aja. Nanti dikira aku anak manja, kakak berangkat duluan aja. Nanti telat lagi" ucapku, iya disekolah aku memang tidak menunjukan sikap manjaku. Aku seperti itu hanya kepada kakakku saja, perasaanku pada kakakku sudah terlalu jauh hingga aku tidak bisa menahannya. Tuhan, maafkan aku telah mempunyai perasaan pada kakakku sendiri. "Huu dasar, dirumah aja manja. Giliran didepan temennya sok cool haha, dasar kamu ini" ucap kakakku mencubit pipiku. "Ya beda keadaan lah kak hahaha" ucapku. "Yaudah kakak berangkat duluan ya, kunci rumah taruh di tempat biasa ya" ucap kakakku dan berjalan keluar kamar. "Kak!" panggilku. "Kenapa ?" tanyanya berbalik. "Rival sayang kakak, hehe" ucapku. "Hmm, iyaa" balas kakakku tersenyum, senyum itu lagi. Senyum yang selalu menyembunyikan kepedihan, kenapa ia selalu memberi senyuman itu padaku ? "Bye kak!" ucapku. Aku bergegas mandi dan bersiap-siap menuju sekolah, seragam lengkap dengan jas yang rapi sudah ku kenakan. Rambutku yang sangat hitam mengkilap terkena cahaya matahari. Disekolah aku mempunyai banyak panggilan, manis, keren, ganteng, pintar, kutu buku lah, rambut hitam lah. Biasanya yang memanggilku dengan sebutan rambut hitam itu hanya sahabatku, memang disekolahku aku adalah murid yang berambut paling hitam alami.
***
Saat masuk ke kelas, seketika kelas menjadi ribut. "Hey manis, kemana aja ??" "Heh, dia tuh gak manis! Tapi dia keren! Kamu kemana aja ?? Katanya kamu sakit ya ? Udah sembuh ? Kemarin sepi gak ada kamu" "Apasih dia manis tau!" "Hey hey, dia itu ganteng!" segerombolan murid perempuan ribut seketika di depanku. Aku tidak memperdulikannya, mataku terus mencari keberadaan sahabatku. Di bangku biasa kami duduk, ia tidak ada. "Berisik, cuma gak masuk sehari aja ribut gini. Lebay, udah duduk lagi" ucapku, mereka semua diam dan kembali ke tempatnya. "Hey rambut hitam" ucap seseorang dibelakangku, aku serentak membalikan badanku. Terlihat seorang murid perempuan dengan style nya yang tomboy. "Nah, yang dicari ada juga" ucapku menghampirinya. "Keliatannya ada yang habis jinakin murid cewek nih" ledeknya. "Udah kayak yang gak sekolah setaun aja tau! Risih banget tuh cewek-cewek" ucapku. "Kayak yang baru tau mereka aja haha, oh iya hari ini jeda. Gak ada pelajaran, cuma kemarin banyak banget tugas" ucapnya. "Tugas ? Kalau gitu pulang sekolah selesain bareng di rumah aku ya" ucapku. "Oke deh, udah lama juga gak ke rumah kamu. Aku kangen sama kak Ve haha, apa kabarnya kak Ve ?" tanyanya. "Baik-baik aja kok, semakin hari dia semakin cantik, aku semakin sayang padanya" ucapku. "Hmm, rasa sayangmu sepertinya aneh" ucapnya. "Aneh ? Aneh apanya ?" tanyaku. "Gak, gak jadi hehe" ucapnya. Eh iya, namanya Beby Chaesara Anadila. Ia memang tomboy, asik, pintar, pokoknya gak rugi punya sahabat kayak dia. "Yaudah, mending makan aja ke kantin yok" ajaknya. "Dibayarin sih mau" candaku. "Iya, kamu yang bayarin aku ya. Haha" ucapnya sambil menarik tanganku. "Bu, somay nya 2 piring ya. Punya saya sambelnya dikit aja, punya dia 5 sendok" ucap Beby menunjuk ke arahku yang sedang duduk. "Buset, mau bunuh aku ?" ucapku. "Bu, dua-duanya dikit aja" teriakku. "Hahaha, canda kali" ucapnya dan duduk disebelahku. Pesanan kami sudah datang, kami memakannya dengan sangat semangat haha. Beby memang sahabat terbaikku. Singkat cerita, waktu sudah menunjukan pukul 13.20 waktunya pulang. "Rambut hitam, jadi gak ?" tanyanya. "Iya jadi, yok kerumah sekarang" ucapku dan berjalan ke parkiran.
***
"Kak Ve mana ?" tanya Beby sambil duduk di sofa. "Kayaknya belum pulang kuliah, sekarang apa tugasnya ?" tanyaku. "Minumannya manaaa ??" ucap Beby. "Dihh ambil aja sendiri, kayak baru aja disini haha" balasku. "Huh dasar tuan rumah yang tidak berwibawa" ucap Beby melet. "Haus ya ?" tanyaku. "Iyalahh" jawabnya. "Sama, aku juga" candaku. "Isshh" ketus Beby. "Hehe, nanti ambil aja sendiri wee" ucapku melet. "Yaudah nanti aja lah, nih tugasnya. Aku sih udah selesai, tapi aku gak akan kasih liat kamu. Kamu usaha sendiri haha" ucap Beby. "Aihh kenapa gitu, gak! Pokoknya aku liat" ucapku sambil nyengir. "Iya deh nih" ucap Beby menyodorkan bukunya. Lalu aku mengerjakan tugas itu. Tak lama kemudian, suara mobil dari luar terdengar. "Eh, ada Beby. Udah lama gak kesini, apa kabar ??" tanya kak Ve. "Baik kak, wah kak Ve makin putih yahh" ucap Beby. "Bisa aja hehe, kakak keatas dulu ya" ucapnya dan pergi keatas. "Kak ?" panggilku. "Iyaa ??" tanyanya dan berbalik. "Enggak hehe, mandi kak. Abis itu makan" ucapku nyengir. "Kamu tuh bau haha, nanti aja" ucapnya tersenyum, ah senyumnya selalu membuatku tenang...."Cowok rambut hitam, maaf aku lupa. Hari ini aku ada les! Wahh aku telat nih! Aku pulang dulu ya!" ucapnya tiba-tiba dan pergi berlari. "Hey tomboy! Mau aku antar gak ?" teriakku. "Gak suah! Eh gak usah! Salam untuk kak Ve" teriaknya.
***
"Tadi kenapa Beby langsung pulang ?" tanya kakakku. "Kayaknya dia les kak hehe, kak aku duluan ke kamar ya. Oya eh selamat malam" ucapku dan berlari keatas. Kakakku memang tidak suka jika aku menyebutkan satu kata dalam bahasa jepang... Esoknya aku kembali sekolah, oh iya hari ini ulang tahun kakakku. Aku akan membelikannya cake dengan gambar diatasnya minions. Hari ini free, semua siswa memutuskan untuk pulang saja. "Hey tomboy, ikut yok" ajakku menarik tangannya ke toko kue. "Eh eh ngapain kesini ?" tanyanya. "Aku akan membelikan kak Ve sebuah cake yang sudah aku pesan minggu lalu" ucapku. "Ohh jadi kak Ve ulang tahun ya, baik sekali kamu membelikannya cake yang berukuran cukup besar ini" ucapnya. "Kalau aku ? Pasti tidak akan kau belikan ya ?" tanya Beby. "Hmm, gimana ya ? Kamu kan banyak yang suka, jadi bodo amat haha" ucapku. "Kamu benar-benar sayang ya pada kak Ve" ucapnya. "Dasar! Kamu ini nanya apa ? Dia kakakku jelas-jelas aku menyayanginya. Aku tidak mau ia menjauh dariku" ucapku. "Lalu bagaimana jika ia sudah menikah ? Ia pasti akan meninggalkanmu" ucapnya yang membuatku kaget. Aku terdiam sejenak "Aku tidak memikirkannya, aku percaya bahwa kakakku tidak akan meninggalkanku" ucapku dan membayar cake itu. "Kamu ini!! Yaudah! Aku pulang duluan! Dan aku benar-benar menunggu kado darimu rambut hitam~" ucapnya berlari. "Hey! Mau keamna ? Eh mau kemana ?!" teriakku. "Pulang!! Sampai jumpaa!" teriaknya.
***
Sampainya dirumah aku langsung mengambil kunci dan membuka pintu rumah, kakakku belum pulang. Lalu aku menaruh cake itu di meja ruang keluarga, dengan angka 19 ditengahnya. Jam menunjukan pukul 19.20 "Rival!" teriak kakakku. "Sebentar kak! Rival lagi ganti baju!" teriakku. Aku segera turun dan! Aku mendapati kakakku sedang bersama temannya. "Rival, kenalin ini temen kakak. Namanya Rifki Pawelloy, Rif ini Rival adikku" ucapnya memperkenalkan. "Pawelloy ? Ck,," tawaku dalam hati. "Oh hehe, iya" jawabku singkat dan pergi keruang keluarga. Kakakku mengajaknya ke ruang tamu tanpa menoleh kearah ruang keluarga. Aku terus melihat tv di ruang keluarga, pandanganku tertuju pada gambar itu. Namun pendengaranku mendengar jelas pembicaraan mereka, canda tawanya sangat terdengar akrab dan asik. Aku merasa menjadi orang asing dirumah itu. Ya, aku kesal, aku cemburu akan hal itu. Meski aku sadar, itu adalah hak kakakku untuk dekat dengan laki-laki lain. Sudah satu jam cake itu tidak disentuh bahkan dilirik oleh kakakku. Hingga akhirnya laki-laki itu pulang dan kakakku menuju kearahku. Ia melirik kue itu dan tersenyum simpul. "Wahh buat kakak yaa ??" tanyanya dan aku hanya diam memperhatikan tv itu. "Hmm merajuk yaa ??" ucap kakakku dan mengambil sepotong kue itu. "Enak juga, beneran gak mauu ??" ucap kakakku, aku masih diam tak menjawabnya. "Nihh cobain deh" ucap kakakku dan mencolekan creamnya ke mulutku. "Apaansih kak!" teriakku kesal, kakakku langsung memasukan kue itu kedalam mulutku. "Enak kan ? Hehe" ucapnya. Aku masih diam sambil mengunyah kue itu. "Kamu kesal ya gara-gara kakak baru menyadari keberadaan kue itu ?" tanya kakakku. Aku masih cuek sambil mengambil satu potong kue itu. Kekesalanku mulai reda. "Mau bagaimana lagi, ia tamu hehe" ucap kakakku. "Tumben bawa temen laki-laki. Pacarmu ya ?" tanyaku. Ia tersedak, dan tersenyum. Senyum itu lagi, senyum yang selalu menyiratkan kepedihan dibaliknya. "Iya" jawabnya kemudian. Iya! Satu kata itu telah menusuk jantungku, satu kata itu telah membuat hancur perasaanku. Kakak mulai meruntuhkan diriku dengan kata 'Iya' saja. "Kak, aku mengantuk. Maaf aku tidur duluan" ucapku dan pergi ke kamarku.
***
Dengan semangat yang hampir nol ini, aku duduk terkapar di meja kelas. Beby mendekatiku dan menatapku. "Kenapa?" tanyaku. "Pertanyaan itu seharusnya buat kamu, kamu kenapa ?" tanyanya. "Kakak, dia punya pacar" ucapku malas. "Kenapa ? Itu hak dia bukan ?" tanyanya lagi. "Ikut aku" ucapku. "Kemana ?" tanyanya. "Aku juga gatau, ikut aja" ucapku dan berjalan. Ditengah-tengah keramaian, aku menuju salah satu tempat makan/ "Ohh jadi kamu mau traktir aku yaa" ucapnya. "Sepertinya begitu" ucapku. "Tumben baik, biasanya pelit" ucapnya melet. "Ngomong sekali lagi, aku cukur rambutmu tomboy" ucapku. "Ma-maaf" ucapnya. Pesanan kami datang, kami duduk disebuah meja dekat jendela. Aku menggigit burger itu sambil melihat kearah taman. Betapa kagetnya aku mendapati seorang wanita yang ku kenal sedang bersama laki-laki lain. Ya, dia kakakku dan si Rif itu. Betapa mesranya mereka, bergandengan tangan. Terlihat sangat cocok, seorang wanita dengan rambut bergelombang menjuntai hitam kecokelatan, dan seorang pria gagah dengan style-nya yang setara dengan kakakku. Cocok, sangat serasi sehingga aku benci melihat pemandangan itu. Aku membuang burger yang ku pegang ke lantai. "Hey, kenapa ?" tanya Beby, ia melihat kearah jendela yang sama denganku. "Itu kak Ve kan ?" tanyanya. "Hmm, iya" jawabku lemas. "Waahhh laki-laki itu tampan dan gagah, pantes kak Ve lebih memilih dia daripada kamu yang lebih rendah levelnya dari laki-laki itu" ucap Beby yang bermaksud bergurau, namun aku serius menanggapinya. "Baka!" ucapku kesal dan berlari pulang kerumah.
***
Hari ini aku libur, jadi aku berdiam saja dirumah. Saat sore hari aku menunggu kakakku datang, aku sudah membuatkan sup untuknya. "Tuhan, sup ini mungkin terlalu banyak. Jika tidak habis malam ini maka esoknya akan basi, bolehkah aku meminta seseorang untuk membantu aku dan kakakku menghabiskannya" pintaku pada Tuhan, seseorang yang ku maksud itu sahabatku. Beby... "Aku pulang" ucap seseorang yang tak lain kakakku. "Kak..." omonganku terhenti ketika melihat kakakku membawa Rif (lagi). "Ada apa ?" tanya kakakku. "A-aku membuat sup untukmu, mu-mungkin kakak mau mencobanya" ucapku mempersilahkan kakakku keruang makan. "Hmm, baunya enak sekali. Dan kebetulan ini banyak, Rif kamu belum makan kan ?" tanya kakakku. "Iya Ve, kebetulan aku belum makan hehe" ucapnya. "Aku membuatkan ini untukmu dan kuharap bersama Beby! Bukan dengannya!" teriakku didalam hati. Kami bertiga pun makan sup itu, oh tidak. Mereka berdua, sedangkan aku sendiri menghadap mereka. Aku benar-benar tidak ada semangat saat itu, aku bergerak cepat untuk menghabiskan sup itu dan pergi ke kamarku. "Permisi aku sudah selesai, terimakasih sudah mencicipi sup buatanku" ucapku dan pergi ke kamar. Selang beberapa menit, aku merasa haus dan turun kebawah untuk mengambil minum. Namum saat aku turun, aku melihat Rif mencium kening kakakku. Kaki ini terasa terpaku tak bisa bergerak, aku merasa ada dalam dinding yang berbeda. Mereka berdua menciptakan dinding sendiri, sedangkan aku ? Aku berada dalam dinding yang keberadaannya tidak terlihat. Aku berlari ke kamaku...
***
"Ah! Dimana ini ?" ucapku kaget. Aku tersadar, semalam aku tertidur karena aku menangis. Aku segera bersiap kesekolah,, sebelum berangkat aku menyapa kakakku. "Kakak selamat pagi" ucapku berusaha melupakan kejadian semalam. "Hey pagi, sarapan dulu ya" ucap kakak. "Kak, apa kau sayang padaku ?" ucapku dengan kata yang sedikit berbeda. "Iya, kakak sayang padamu" jawabnya. "Apa kau mencintaiku ?" tanyaku lagi. "Tidak kakak jawab juga pasti kamu tau, aku mencintaimu" ucap kakakku. Ia berusaha meyakinkanku bahwa ia mencintaiku sebagai adik saja, berbeda dengan perasaanku padanya. "Terimakasih kak" ucapku. Ia tersenyum, ah sama seperti sebelumnya. Senyum yang menyiratkan kepedihan. "Kak aku langsung berangkat ya, aku membawa bekal. Bye" ucapku dan pergi ke sekolahku. "Kak Ve mempunyai pacar, aku tidak bisa hidup begini. Salahku mencintainya...." ucapku pelan. Terlintas dibenakku, entah setan apa yang merasuki tubuhku ini.

Kak, aku ada surprise untukmu. Jam 12.00 kakak ke sekolah ya, tepatnya di atas gedung sekolah. Rival sangat tunggu kehadiran kakak ^^

Aku mengirim sms pada kakakku dan aku berlari menuju Beby. "Hey tomboy! Pulang sekolah ke atas gedung ya, aku mempunyai kejutan untukmu" ucapku bersemangat. "Apa ?" tanyanya. "Liat saja nanti" ucapku.
***
"Mau apa disini ?" tanya Beby. "Tolong menjauh dariku 19 langkah" pintaku. "Rival ??" sapa kakakku. "Kak Ve disini ?" tanya Beby. "Iya kakak disini, Rival yang meminta" ucapnya. "Kakak, mendekat padaku" pintaku dan kak Ve mendekat. "Hmm, menjauh dariku 19 langkah tepat berada di samping Beby" pintaku lagi. "Ada apa ??" tanyanya. "Lakukan saja" ucapku. Mereka sudah heran menatap diriku. "Mungkin ini bodoh, namun aku akan meloncat dari sini" ucapku santai. "A-apa ?!" tanya kak Ve. "Bodoh! Kau mau mati hah ?!" teriak Beby. "Memang itu tujuanku, jarakku dan sisi gedung itu 19 langkah. Jadi jika kalian melangkah kearahku, akupun begitu" ucapku. "Kamu kenapa ? Kenapa!" teriak Beby. "Bodoh! Kau bodoh!" teriak kakakku. "Justru kakak yang bodoh! Aku seperti ini karena aku mencintaimu! Namun semua perlahan pudar ketika pria itu datang ditengah-tengah kita!" teriakku. "Kakak mencintaimu! Sama seperti kamu mencintai kakak!" teriaknya. "Beda! Sangat beda! Aku mencintai kakak lebih dari seorang adik mencintai kakaknya! Aku sadar itu salah! Tapi aku benar-benar mencintaimu!" teriakku. "Rival dengar kakak, dahulu kakak juga mencintaimu. Bukan sebagai kakak yang mencintai adiknya, namun seorang wanita mencintai pria. Namun kakak sadar itu hal yang tidak pantas, kakak berusaha membuang rasa itu hingga akhirnya kakak bertemu dengan Rif. Perlahan rasa itu mulai berkurang, meski menyisakan luka. Kamu harus mengerti!" ucap kakakku. Akhirnya, terjawab sudah pertanyaanku, mengapa disetiap senyuman yang kakak berikan. Selalu ada luka yang tersirat dibaliknya. Kini aku mengerti arti senyum itu selama ini. "Tapi aku benar-benar tidak bisa! Aku mencintaimu kak!" teriakku bersikeras."Maafkan aku kak......." ucapku lemas.
***
*kringg kringg* suara alarm berbunyi. Hmm ternyata sudah 2 tahun aku menumpang dirumah Beby dan keluarganya. Sudah 2 tahun juga aku berpisah dengan kakakku, hubungan kami sudah membaik. Kakakku sering mengirim sms padaku, kali ini dengan bahasa yang sopan dan canggung. Mungkin ia masih merasa bersalah meski itu bukan salahnya.

Rival kakak akan menikah dengan Rifki besok di Gereja, kakak mau kamu datang ke pernikahan kakak karena kamu adik yang kakak sayangi. Kakak ingin kamu melihat pernikahan kakak, tapi jika kamu tidak suka tidak datang tidak apa-apa. Kakak hanya meminta kamu merestui kami. Kakak sudah mengundang keluarga Beby juga, I Love You ^^

Sms masuk dari kakak, hmm mau tidak mau aku harus datang. "Heh tomboy, besok kakak menikah" ucapku. "Ya aku tau, kamu minta aku temani ya ??" tanyanya. "Tentu saja! Kau juga diundang kan!" ucapku. "Hmm iya iya hehe, besok aku akan tampil feminim" ucap Beby. "Untuk apa ?" tanyaku. "Untuk menarik perhatianmu, agar kamu tidak melihat kak Ve terus" ucapnya melet. "Huh, aku lebih suka kamu menjadi diri sendiri. Yaudah aku ke kamar dulu" ucapku dan meninggalkannya.
***
Sekitar pukul 09.00 aku selesai bersiap, dengan setelan putih aku lebih terlihat lebih gagah memakainya. Aku dan Beby datang ke acara itu, aku terlambat. Kedua mempelai sedang menuruni tangga bergandengan. Aku tidak bisa melihat kakakku dan dia bersumpah sehidup semati. Mereka begitu serasi. Kakak, ia memakai dress putih serta mahkota layaknya seorang putri dikerajaan, sedangkan pria itu memakai setelan putih layaknya seorang pangeran yang sedang bersanding dengan tuan putri secantik kakakku. Ia melihat kearahku kemudian menghampiriku. "Kau datang, terimakasih" ucapnya mengacak-ngacak rambutku. Aku rindu belaiannya, aku rindu akan tangannya yang putih nan lembut, aku rindu dirinya. Aku rindu~ "Iya aku datang, selamat kak. Dan kau Rif, kau berhasil mendapatkan kakakku yang paling baik sedunia. Aku mau kau menjaga berlian yang sangat berharga ini" ucapku. "Pasti, serahkan padaku" ucapnya semangat. Kak Ve tertawa, aku rindu tawanya, aku rindu suaranya, aku rindu dirinya, tangan lembut yang selalu menyentuhku. Aku rindu semua tentang dirinya, kini aku telah merestui kakakku dengan pria itu. Pria yang dahulu pernah aku benci, sebenarnya aku tidak benci. Aku hanya iri padanya, ia bisa mendapatkan kakak yang begitu baik dan perhatian. Aku bahagia, dan kini aku tidak bertanya-tanya dibalik senyum kakak itu lagi.

Terimakasih, kini aku mengerti arti senyum itu selama ini. Aku menyayangimu kak, sangat menyayangimu~

- SELESAI -

6 komentar:

  1. Feel nya dapet gak dapet nih :p btw, tetep keren, bagus fanfictionnya. Buat lagi ya hehe, kebetulan oshiku Ve :D

    BalasHapus
  2. hehe makasih ya,mampir ke artikel kita yang lainnya ya :)

    BalasHapus
  3. Aku punya fanffic nih… kalo mau cerita dimana ya

    BalasHapus
  4. Wah ini bagus banget .. Gw baca sampe merinding .. Kebawa banget sama suasananya .. Gw baca ini sampe delusi .. Merinding ... Keren!! Lanjutkan!!

    BalasHapus