Nano sekarang duduk dibangku
SMP kelas 8, kelasnya berada di lantai atas, tepatnya di lantai tiga. Sedangkan
kelas 9 berada di lantai empat dan yaa kelas 7 berada di lantai dua, dan lantai
satunya itu kantin hahaha. Nano punya seorang sahabat, ia manis, cantik, lucu,
dan tinggi. Namun ia itu selalu saja lupa membawa perlengkapan saat upacara
bendera, selalu berbuat ulah pada kakak kelas, dan masih banyak lagi-_-
“Hei, Nano!” panggil Shania
pada Nano yang sedang memandang lapangan dari lantai tiga.
“Heh? Apa??” jawab Nano
menoleh ke arahnya.
“Emm tidak haha, nih aku ada
minuman, mau gak?” tawarnya dan menyodorkan segelas minuman teh pada Nano.
“Bolehh, mana sini,
kebetulan haus nih” ucap Nano, saat Shania menyodorkannya, tiba-tiba minuman
itu terjatuh karena tangan Shania licin. Minuman itu tumpah dan mengenai
seorang kakak kelas yang sedang berada di kantin, Nano dan Shania menoleh ke
bawah.
“Aduh, gimana dong Nano!!”
tanya Shania panik. Kakak kelas itu menoleh geram ke atas dan berjalan menuju
tangga. Sepertinya ia menyusul Shania dan Nano yang berada di lantai tiga.
***
“Siapa
yang jatuhin minuman ini!?” tanya kakak kelas itu. Shania bergemetar dan
bersembunyi dibelakang Nano.
“Eh..
saya kak, maaf, saya tidak sengaja” ucap Nano. Shania menoleh kaget ke arahku.
“Nano??”
tanyanya. “Sudah, diam saja Shan” jawab Nano.
“Ohh kamu! Tanggung jawab
nih! Dasar!” kakak kelas itu menjewer telinga Nano hingga merah.
“Maaf kak, Nano gak sengaja,
maaf kak” ucapku.
***teng teng teng***
“Arrgghh” kakak itu geram
dan pergi meninggalkan Nano dan Shania. Aku duduk di lantai dan memegang
telinga Nano yang merah.
“Huuhh, untung tidak
berlanjut-_-“ ucap Nano.
“Hiks..” seseorang menangis.
“Ehh?? Shania? Kenapa nangis??” tanya Nano.
“Maaf ya Nano, Shania selalu
merepotkan Nano, gara-gara Shania telinga Nano jadi merah. Maafin Shania”
ucapnya menangis.
“Ahh sudah, Nano tidak
apa-apa juga kan? Nano juga senang membantu Shania! Nano kan sayang sama Shania
hehe” ucap Nano. Nano selalu mengucap kata sayang pada Shania, Shania hanya menganggap
itu adalah rasa sayang seorang sahabat. Yaa karena mereka memang sahabat kan,
hahaha.
“Tapi aku tetap merasa tidak
enak... Nano baik sekali pada Shania” ucapnya terus menangis.
“Iyaa tidak apa-apa... Jangan menangis dong. Ayo
pulang, sudah bel tuh” ucap Nano dan menarik tangan Shania berjalan ke bawah.
“Pulang bareng yah??” tanya
Nano pada Shania.
“Emm.. Oke! Tapi kali ini,
Shania yang duduk di belakang ya!” ucap Shania pada Nano.
“Halahh memang seperti biasa
begitu kan-_-“ gerutu Nano.
“Ahahaha iya juga ya XD”
ucap Shania tertawa.
***
“Shan!
Berat tau! Turun dulu, dorong!” ucap Nano saat ditanjakan.
“Alah begitu saja sudah capek-_-“
cetus Shania. Lalu ia pun turun dan mendorong sepeda itu.
“Nahh udah, ayo naik lagi”
ucap Nano.
“Eehhh Nano! Apel yang tadi
diambil mana??” tanya Shania.
“Hmm-_- sudah pasti jatuh
lagi, tuh liat” ucap Nano menunjuk ke bawah turunan jalan. Shania dan Nano
memang suka mengambil buah apel dari pohon di dekat sekolah untuk dibawa
pulang, dan sering kali Shania menjatuhkannya saat menanjaki jalanan ini.
“Hehe, maaf dehh” ucap
Shania nyengir.
“Tunggu disini, Nano
ambilkan” ucap Nano baik pada Shania. Setelah mengambil apel itu, Nano kembali
menuju Shania yang menunggu di tanjakan sana.
“Nih!-_-“ ucap Nano.
“Yaakk, terima kasih
Nano><” ucap Shania.
“Oke, yuk naik. Udah mau
sore nih” ucap Nano.
“Lalala... Aku selalu
tertawa... Di bagian belakang sepeda... Yang, kita naiki berdua... Aku
diam-diam berbisik...” Shania bernyanyi saat diboncengi oleh Nano, ya memang
Shania dan Nano selalu bernyanyi lagu itu saat pulang sekolah.
“Ah... Mungkin bagi
dirimu... Hanya teman sekelas saja, yang jalan pulangnya searah... Keberadaan
yang seperti angin...” kini Nano yang bernyanyi meneruskan Shania sudah
menyanyikan lirik lagu itu.
“Ahh yang selalu bercanda,
padahal kita selalu... Saling bicara... Mengapa hari ini... Cinta tak abadi
yang berputar jauh... Hahaha” suara tawa bahagia mereka setelah selesai
bernyanyi.
“Eh udah sampe rumah kamu
Shan, nih sepedanya hehe” ucap Nano. Sepeda itu memang milik Shania, mengingat
Shania adalah anak orang kaya namun rendah hati. Nano adalah anak dari keluarga
sederhana, baik, dan ramah.
“Kan sudah aku bilang,
sepedanya bawa saja Nano! Rumah Nano dan rumah Shania kan jauh!” ucap Shania.
“Tidak usah, Nano jalan
saja! Hehehe” jawab Nano. “Sekalian olahraga! :3” balas Nano lagi.
“Yasudah Nano! Terima kasih
ya... Hati-hati dijalan, Shania sayang Nano! Hehe” ucap Shania.
Nano dan Shania pun kembali
ke rumahnya masing-masing... Besok hari minggu, rencananya Nano mau mengajak
Shania berjalan-jalan di taman.
*** Bersambung Ke Part 2 ***
Author: @frdndan22
0 komentar:
Posting Komentar